Kunjungan Pertama Penguasa Belanda ke Indonesia
Jakarta,( kbn lipanri )
Ratu Belanda mengunjungi Indonesia untuk kali pertama dalam
sejarah. Setelah bertemu Presiden Soeharto, Ratu Belanda mengunjungi Bandung,
Yogyakarta, dan Bali
Oleh M. Fazil Pamungkas
Ratu Juliana dan
Presiden Soeharto (Wikimedia Commons)
Raja Belanda Willem-Alexander tiba di Istana Kepresidenan
Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3). Bersama sang istri, Ratu Maxima, rombongan
Kerajaan Belanda tiba sekira pukul 10.30 WIB. Raja dan Ratu Belanda disambut
langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana. Pada kesempatan
tersebut, Ratu Maxima menerima karangan bunga dari cucu presiden, Sedah Mirah.
Mengutip pemberitaan yang dilansir oleh laman milik
pemerintah Indonesia setkab.go.id, setelah diperdengarkan lagu kebangsaan kedua
negara, presiden dan raja saling mengenalkan para menteri dan delegasi yang
mendampingi kunjungan kenegaraan kali ini. Acara lalu dilanjut sesi foto
bersama. Kemudian seluruh rombongan menuju beranda Istana Bogor untuk
berbincang dan menyampaikan keterangan pers bersama.
“Merupakan tanda yang sangat menjanjikan bahwa dua negara
yang pernah berada di pihak yang berlawanan dapat menjalin hubungan yang
semakin erat dan mengembangkan sebuah hubungan baru berdasarkan rasa hormat,
saling percaya, dan persahabatan. Ikatan di antara kita semakin erat dan
beragam. Ini sungguh menggembirakan saya,” ungkap Raja Willem.
Sementara menurut presiden, Belanda merupakan salah satu mitra
penting Indonesia di Eropa. Kedudukan negara itu cukup strategis di bidang
perdagangan, investasi, dan pariswisata.
BACA JUGA:
Hilang Ratusan Tahun, Keris Diponegoro Ditemukan di Belanda
https://historia.id/kultur/articles/hilang-ratusan-tahun-keris-diponegoro-ditemukan-di-belanda-Pdlkl
“Di kawasan Eropa, Belanda merupakan mitra dagang Indonesia
terbesar kedua, mitra investasi terbesar pertama, dan mitra pariwisata terbesar
keempat. Saya menyambut baik kunjungan Sri Baginda yang juga disertai pengusaha
Belanda dalam jumlah yang besar,” kata presiden.
Rencananya rombongan kerajaan Belanda ini akan berada di
Indonesia selama empat hari. Meski hanya memiliki waktu yang singkat, ia
menyampaikan keinginannya mengenal lebih dalam Indonesia. “Kami akan melakukan
yang terbaik untuk bertemu dan berbicara dengan orang sebanyak mungkin,”
imbuhnya.
Kunjungan Raja Willem ini merupakan kunjungan ketiga
penguasa Belanda ke Indonesia pasca proklmasi. Lantas kapan kunjungan pertama
penguasa Belanda ke negeri ini?
Kedatangan Ratu
Bangsa Belanda diketahui pertama kali datang ke Indonesia
pada 23 Januari 1595. Diceritakan sejarawan Universitas Leiden Femme Simon
Gaastra dalam De Geschiedenis van de VOC, melalui delegasi dagang yang dipimpin
Cornelis de Houtman, orang-orang Belanda berhasil mendaratkan kapal layarnya di
Banten. Perjalanan itu menjadi pembuka bagi kehidupan baru bangsa Belanda di
Hindia.
Namun selama 350 tahun petualangan orang-orang Belanda,
tidak pernah sekalipun raja ataupun ratu Belanda menginjakkan kakinya di tanah
Hindia. Para penguasa dari Eropa bagian barat itu hanya mengandalkan seorang
gubernur jenderal, serta menteri-menteri negeri jajahan sebagai kepanjangan
tangan bagi segala keperluan mereka akan negeri yang sedang dijajahnya.
Bahkan ketika tahun 1945 Republik Indonesia (RI) resmi
berdiri, belum ada pemimpin Kerajaan Belanda yang bersedia hadir. Barulah pada
masa kepemimpinan Ratu Juliana (1909-2004), Belanda mulai membuka diri kepada
Indonesia. Dijelaskan Majalah Tempo 28 Agustus 1971, jalinan kerjasama antara
Indonesia dan Belanda dimulai sejak 1966. Pemerintah Indonesia kala itu
menerima bantuan dana sebesar 573.300 juta rupiah dari Belanda.
Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Perpusatakaan Nasional
Republik Indonesia)
Hubungan keduanya semakin harimonis manakala rombongan Presiden
Soeharto untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Belanda pada 1970. Lawatan
kenegaraan tersebut menjadi salah satu momen terpenting dalam sejarah hubungan
kedua negara. Sebagai balasan dari kunjungan itu, Ratu dan Raja Belanda pun
datang ke Indonesia pada 26 Agustus 1971.
“Permadani merah sehalus beludru dan bunga-bunga anggrek
juga harus semerbak akan menyambut Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard pada saat
pasangan tamu agung itu menginjakkan kaki di bumi Indonesia,” demikian menurut
pemberitaan Pikiran Rakjat 26 Agustus 1971.
BACA JUGA:
Raja Nusantara di Penobatan Ratu Belanda
https://historia.id/politik/articles/raja-nusantara-di-penobatan-ratu-belanda-DO4a7
Pesawat jet Constellation DC-8 yang membawa Ratu dan Raja
Belanda mendarat aman di Bandara Kemayoran pukul 13.00 WIB. Diberitakan Harian
Kompas 27 Agustus 1971, ribuan orang datang memadati Kemayoran, termasuk para
pejabat pemerintah dan pemuka agama yang hadir menyambut kedatangan Ratu
Juliana. Presiden Soeharto bersama ibu negara menyambut langsung keduanya di
kaki tangga pesawat. Putri Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti, kemudian
menyerahkan sebuah karangan bunga kepada Ratu Juliana.
Dari Kemayoran, rombongan bergerak ke Wisma Negara.
Iring-iringan mobil yang dijaga begitu ketat tidak mengurangi antusiasme
masyarakat untuk melihat Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard. Mereka yang sedari
pagi sudah berkumpul akhirnya dapat menyaksikan secara langsung para penguasa
Belanda itu menginjakkan kakinya di Indonesia.
Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Wikimedia Commons)
Di Istana Merdeka, acara dilanjutkan dengan pertemuan santai
antara keluarga presiden dan rombongan ratu. Kemudian disusul acara saling
tukar tanda mata sebagai kenang-kenangan atas kunjungan tersebut. Untuk Ratu
Juliana dan Pangeran Bernhard, Soeharto memberi empat gelang emas dan ukiran
emas buatan Kendari, serta patung garuda buatan Bali. Sementara Belanda memberi
benda-benda kristal sebagai hadiah.
“Ini adalah untuk pertama kali seorang Ratu (Raja) yang juga
memegang tampuk pimpinan pemerintahan dari Keluarga Oranje (Huis van Oranje)
mengadakan kunjungan ke Indonesia, sejak hubungan Indonesia-Belanda hampir 375
tahun yang lalu,” tulis Pikiran Rakjat. “Baik kalangan resmi Belanda maupun
Indonesia melihat kunjungan Ratu Juliana ke Indonesia ini sebagai suatu
peristiwa yang sangat penting dalam proses saling dekat mendekati dari kedua
bangsa.”
Safari Ratu
Selama berada di Indonesia, Ratu Juliana dan Pangeran
Bernhard berkunjung ke banyak tempat. Keduanya pergi ke Kebun Raya dan Istana
Bogor, Bandung, Kawah Tangkuban Parahu, Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi
Prambanan, Tampaksiring, Ubud, dan beberapa objek wisata di Bali. Selain tempat
wisata, Ratu dan Raja Belanda juga mengunjungi tempat-tempat penampungan anak,
rumah penyandang disabilitas, dan tempat-tempat sosial lainnya. Menurut Pikiran
Rakjat 27 Agustus 1970, mereka bahkan menyempatkan waktu berziarah ke Taman
Makam Pahlawan Kalibata dan Pemakaman Belanda di Menteng Pulo.
Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard di Tangkuban Perahu, Jawa
Barat (fineartamerica.com)
Sebelum melanjutkan safari ke beberapa tempat di luar
Jakarta, Jumat pagi, 27 Agustus 1970, pasangan Tamu Agung dari Belanda itu
melakukan kunjungan ke Universitas Indonesia. Mahasiswa-mahasiswa dari seluruh
Jakarta diperkenankan untuk hadir dan mendengarkan pidato dari sang ratu.
Rektor bersama Dewan Mahasiswa UI kala itu menyambut kedatangan mereka setiba
di kompleks kampus.
“Jika kalian masih muda dan sudah tidak percaya pada
hari-hari esok, itu tidak baik. Demikian pula, kalau kalian sudah lanjut usia,
tapi tidak lagi percaya akan masa depan, itupun suatu kekeliruan,” ucap Ratu
Juliana sebagimana diberitakan Harian Kompas 28 Agustus 1971.
Rombongan ratu tiba di Bandung pukul 16.22 (29/08) dari
Bogor. Mereka baru saja menyelesaikan kunjungan di Istana dan Kebun Raya Bogor.
Di Bandung, ratu disambut oleh Walikota Bandung R. Otje Djunjunan dan Ketua
DPRD Kodya Bandung Irawan Sarpingi. Keduanya mengenakan pakaian adat Sunda.
Rombongan lalu diarahkan ke Kantor Gubernuran.
BACA JUGA:
Pasukan Bumiputera Pembela Ratu Belanda
https://historia.id/militer/articles/pasukan-bumiputera-pembela-ratu-belanda-DrBjk
Di Kantor Gubernuran, Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard
menyaksikan pertunjukan tari dan pawai kesenian khas Priangan yang dibawakan
oleh para seniman dari kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Ratu terlihat senang
melihat berbagai sajian yang dipersiapkan pemerintah kota Bandung dan Gubernur
Jawa Barat Solihin GP. Namun tidak sedikit masyarakat yang kecewa karena tidak
sempat bertatap muka dengan rombongan tamu agung dari Belanda itu.
“Masyarakat Bandung banyak yang kecewa karena ternyata Ratu
Juliana tidak melewati jalan di mana mereka menunggu sejak siang. Sementara itu
masyarakat yang berjejal di sepanjang jalan yang dilalui ratu juga banyak yang
menyatakan rasa tidak puasnya karena mobil ratu dan rombongan dijalankan terlalu
cepat,” tulis Pikiran Rakjat 30 Agustus 1970.
Ketika berada di Bandung, ratu menyempatkan waktu
mengunjungi Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat. Keesokan harinya (30/08)
rombongan Ratu Belanda sudah berada di Yogyakarta. Pesawat Jet Fokker dari
Bandung yang membawa ratu diterima langsung Sri Sultan Hamengkubuwono di
Bandara Adi Sucipto. Dari sana, rombongan langsung bergerak menuju Gedung
Agung.
Ratu Juliana di Bali (spaarnestadphoto.nl)
Sama seperti di Jakarta dan Bandung, di Yogyakarta pun
rakyat telah berkumpul di sepanjang jalan untuk memberi sambutan secara
langsung kepada Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard. Malam harinya, jamuan makan
telah disiapkan Sri Sultan di Gedung Kepatihan. Kemudian dilanjutkan dengan
pameran pakaian pengantin khas keraton Yogyakarta dan Solo.
“Selasa sore tamu negara beserta rombongan meninjau Candi
Borobudur dan Selasa malam menyaksikan Sendra Tari Ramayana di Prambanan. Ratu
Juliana akan berada di Yogyakarta hingga Rabu untuk kemudian meneruskan
perjalanan ke Bali sebagai tahap terakhir kunjungan kenegaraan di Indonesia,”
tulis Pikiran Rakjat edisi 1 September 1971.( limber sinaga )