Edy Rahmayadi : Benteng Puteri Hijau Sebagai Situs Warisan
Dunia Harus Dipertahankan
MEDAN, ( KBNLIPANRI ONLINE )
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengatakan
situs Benteng Puteri Hijau bukan hanya milik Sumatera Utara, namun juga sebagai
warisan dunia yang harus dipertahankan.
Hal tersebut dikatakan Gubernur Edy saat memberikan arahan
pada peluncuran museum situs Benteng Putri Hijau di Hotel Santika, Medan, Sabtu
(27/10). "Benteng tersebut bukan hanya milik Sumut, bukan milik Indonesia,
melainkan dunia," ujarnya.
Turut hadir pada kesempatan tersebut, Sekretaris Daerah
Provinsi Sumut Hj R Sabrina, Bupati Deliserdang Ashari Tambunan, Kadis
Pariwisata Provinsi Sumut Hidayati, Rektor Universitas Panca Budi Muhammad Isa
Indrawan, Pembina Museum Situs Benteng Putri Hijau Syarifuddin Siba, para
Sultan diantaranya Sultan Serdang, Kualuh dan Langkat, para sejarawan dan
media.
Kata Edy, sudah ada ribuan rumah yang berdiri di atas situs
warisan sejarah dunia tersebut. Hal itu katanya, harus segera dibenahi serta
usaha-usaha untuk itu harus dipertahankan. "Ini akan kita komunikasikan,
kita inventarisir dari seminar-seminar nanti, kemudian akan kita benahi sedapat
mungkin," ujarnya.
Sebagai situs dunia, kata Edy, Benteng Putri Hijau harus
segera diperhatikan dan dibenahi. "Kalau kita diamkan terus nanti kita
seperti tidak bermoral, itu situs dunia," ujarnya.
Kepada media, Edy mengatakan agar mengimbau masyarakat untuk
menjaga situs-situs bersejarah. "Kalau bukan kita yang menjaganya siapa
lagi?," katanya.
Selain itu, Edy juga mengimbau maayarakat terus menjaga adat
dan budaya yang sudah mengakar di dalam diri masyarakat Sumut. Contohnya dengan
melestarikan pakaian adat masing-masing suku di Sumut. "Hilang kalau kita
begini terus. Kalau kita tak usaha ini hilang. Kita harus usaha. Tegakkan
apapun sukunya, kekayaan adat budaya ini harus kita pertahankan,"
tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan Ichwan Azhari mengatakan Benteng Puteri Hijau sebagai
situs yang luar biasa. "Situs ini tidak hanya menyimpan jejak sejarah
Kerajaan Aru yang jadi titik awal, tapi ternyata dia jadi situs yang sangat
penting, yang tidak diketahui sebelumnya," katanya.
Ichwan melanjutkan, sebelum Kerajaan Aru berdiri, situs
tersebut digunakan sebagai bekas hunian kuno dari 5000 tahun yang lalu.
"Ada jejak kehidupan prasejarah di situs itu," katanya.
Selain itu, juga ditemukan peluru asing dari Turki, mata
uang aceh dan lainnya yang menunjukkan situs tersebut memiliki peran penting di
masa lalu. "Ini memperlihatkan lintas negara karena di benteng tersebut
ada serangan yang melibatkan Turki, Aceh berarti ini pertahanan yang luar
biasa," tuturnya.
Benteng putri hijau terbuat dari tanah. Letaknya di Deli
Desa Deli Tua Kecamatan Namu Rambe Deliserdang. Situs tersebut merupakan
peninggalan Kerajaan Aru yang berkuasa di Pantai Sumatera Timur abad ke-13. Museum Situs
Benteng Hijau sendiri merupakan pengembangan galeri Benteng Puteri Hijau yang
telah berdiri sejak 2015.
Pada kesempatan tersebut, juga ditandatangani MoU antara
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Pusis Unimed serta Universitas Panca Budi. MoU tersebut
meliputi 3 bagian, di antaranya mengenai pemetaan situs Benteng Puteri Hijau,
pembuatan animasi Situs Benteng Puteri Hijau, serta pelaksanaan seminar
internasional mengenai peran penting perdagangan Kerajaan Aru dan Benteng
Puteri Hijau di masa lalu.
Pembina Museum Situs Benteng Putri Hijau Syarifuddin Siba
menjelaskan dalam waktu dekat akan diselenggarakan seminar yang akan membahas
upaya penyelamatan situs benteng putri hijau di Siba Island.( team )