perubahab break

Breaking News:
Loading...

coba3

contoh12

coba3

KIRIM1

Master

Beli sekarang dengan PayPal

TVLIPANRI

Daftar isi

Edukasi Masyarakat Hindari Covid-19


GTPP Sumut Perkuat Edukasi Masyarakat Hindari Covid-19



MEDAN,( kbn lipanri )

Selain upaya menangani orang yang terpapar Coronavirus Disease (Covid-19), antisipasi untuk melindungi masyarakat agar terhindar dari wabah ini juga penting digencarkan. Untuk itu, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi Sumut yang tergabung dari unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan pemerintah daerah kembali memperkuat upaya edukasi, sosialisasi, dan publikasi.




Teks foto
Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah memimpin rapat  Koordinasi Teknis Sosialisasi dan Publikasi Penanganan Penyebaran Covid-19 Provinsi Sumut di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Sudirman No 41 Medan, Selasa (28/4). Rapat tersebut dihadiri oleh unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk memperkuat upaya edukasi, sosialisasi, dan publikasi mengenai dampak Covid-19

Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi Teknis Sosialisasi dan Publikasi Penanganan Penyebaran Covid-19 Provinsi Sumut, di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Sudirman No 41 Medan, Selasa (28/4). Rapat dipimpin oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumut, Musa Rajekshah, Wakil Sekretaris Tim GTPP Sumut Arsyad Lubis, Koordinator Bidang Administrasi dan Keuangan GTTP Covid-19 Sumut Agus Tripriyono.

"Informasi dan komunikasi dilaksanakan dengan pola satu pintu, yakni pusat informasi GTTP Covid-19 Provinsi Sumut. Jadi jangan sampai ada kesimpangsiuran informasi di tengah masyarakat yang akhirnya menimbulkan kepanikan dan ketidakjelasan," tegas Wagub.

Selain menggunakan media mainstream dan media sosial, Wagub mengharapkan upaya sosialisasi juga melibatkan perangkat desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang paling dekat dan paham dengan masyarakat. "Beberapa momentum sosialisasi itu bisa saat melakukan pembagian sembako. Baik melalui tatap muka atau pembagian leaflet di dalam sembako," katanya.

Unsur Forkompida seperti kepolisian dan TNI juga diminta koordinasi dengan jajaran di kabupaten/kota untuk mengerahkan pasukan dalam membantu upaya sosialisasi penanganan Covid-19.

Beberapa langkah lain yang harus digencarkan diantaranya imbauan kepada para pengusaha khususnya kuliner untuk tidak memberikan sarana bagi konsumen untuk makan di tempat yang berujung terjadinya kerumunan. Kemudian, penggunaan mobil keliling kejaksaan di kabupaten/kota diharapkan dapat dilakukan untuk penerangan dan penyebaran informasi.

Saat itu, dijelaskan pula simulasi penyaluran Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Koordinator Bidang Administrasi dan Keuangan GTTP Covid-19 Sumut, Agus Tripriyono. Kepada masyarakat, Agus berpesan agar tidak perlu khawatir tidak memperoleh bantuan, karena anggaran telah dipersiapkan.

"Yang sedang kita tunggu saat ini adalah data dari kabupaten/kota. Jadi data dari kabupaten/kota tolong dipercepat, sehingga JPS bisa kita salurkan," pesannya.

Adapun jumlah masyarakat Sumut yang akan memperoleh bantuan berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yakni berjumlah 1.321.426, dengan rincian 662.661 KK dari program PKH, 662.762 KK dari Bantuan Sosial Tunai (dana ini dikucurkan dari APBN), dan 96.644 KK dari APBD Sumut atau kira-kira senilai Rp300 miliar. ( limber sinaga )


Bantuan APD dari PT Bank Mandiri


Terima Bantuan APD dari PT Bank Mandiri Gubernur Anjurkan Bantuan Diserahkan Langsung ke Rumah



MEDAN,( kbn lipanri )

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menganjurkan kepada seluruh pihak yang ingin memberikan bantuan bahan makanan atau sembako agar menyalurkannya langsung kepada yang bersangkutan langsung dari rumah ke rumah. Hal itu disampaikannya usai menerima bantuan alat pelindung diri (APD) dari PT Bank Mandiri (Persero) di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi, Jalan Sudirman 41 Medan, Kamis (23/4).


 

FOTO

BANTUAN 500 PAKET APD
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, serta Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting menerima bantuan dari CEO PT Bank Mandiri (Persero) Regional I Sumatera 1 Wono Budi Tjahyono sebanyak 500 paket APD di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara Jalan Sudirman 41, Medan, Kamis (23/04).

Usai menerima bantuan berupa paket APD yakni 500 baju hazmat dan 500 penutup kepala, Gubernur pun menyampaikan imbauan agar segala kegiatan penyerahan sembako dan sejenisnya, tidak dilakukan di pinggir jalan secara acak. Anjuran itu agar penerima paket bisa lebih teratur dan merata.



“Pejabat formal maupun informal, berikan ke kepala desa atau yang mengetahui rakyatnya. Sambil juga, bagi pemberi bantuan untuk bersilaturahmi kepada perwakilan orang-orang itu di rumah. Gunanya supaya mereka tidak berkumpul di jalanan dan mereka (rakyat) tidak menerima bantuan di jalanan,” ujar Gubernur didampingi Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah.



Karena menurut Gubernur, akan sulit memastikan siapa saja yang sudah atau belum mendapatkan bantuan jaring pengaman sosial (JPS), sehingga bisa didapatkan data pasti siapa penerima dan wilayah tempat tinggalnya. Hal itu bisa didapatkan dari pejabat setempat, seperti kepala desa atau kepala dusun/kepala lingkungan.


 
“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu masyarakat kita yang susah akibat dampak Covid-19 ini. Tetapi sistemnya harus kita atur. Jadi (bantuan APD) ini kami terima dan akan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima,” sebut Edy yang juga Ketua Tim GTPP Covid-19 Sumut.



Pernyataan Edy Rahmayadi itu bukan tanpa alasan. Sebab dirinya melihat banyak yang memberikan bantuan di jalanan. Selain menimbulkan keramaian dan kerumunan, juga banyak yang terlihat tidak menggunakan masker. Oleh karenanya, dirinya menekankan untuk penyerahan bantuan bisa disampaikan langsung kepada penerima dari rumah ke rumah melalui pihak yang mengetahui kondisi rakyat.



“Dengan begitu, kan bisa juga sekaligus memberikan ucapan tetap semangat, tetap selamat, diam di rumah, terus begitu. Mungkin itu lebih adil. Sehingga bisa dikoordinasikan, kemarin desa ini sudah, besok masuk ke desa lain,” jelas Edy Rahmayadi .



Selain itu, Edy juga mengimbau kepada masyarakat terkait masuknya bulan Ramadan tahun ini, untuk tetap mewaspadai wabah Covid-19. Jika harus keluar rumah seperti ke pasar untuk membeli bahan kebutuhan pangan, maka langkah antisipasi adalah menjaga jarak dan menggunakan masker.



“Untuk itu saya akan membagikan masker. Tetapi jangan dikantongi. Karena saya lihat, diberi masker, malah dikantongi. Satu lagi, seperti budaya kita di Ramadan ini, jauhi kerumunan (seperti ziarah kubur), dan jangan mudik. Semoga satu bulan ini, masalah kita selesai (wabah) dan kita bisa kembali membangun ekonomi rakyat,” lanjutnya.



Begitu juga soal anggaran pembangunan yang dilakukan perubahan peruntukan, Gubernur menegaskan bahwa pemerintah pusat telah menginstruksikan agar dana dimaksud dialokasikan untuk JPS. Untuk itu, anggaran tersebut akan digunakan membantu masyarakat dalam menghadapi wabah Covid-19 yang berdampak kepada perekonomian masyarakat.



“Termasuk juga seperti guru honor, kan mereka itu dibayar kalau mengajar. Jadi kan ini (tingkat SMA/SMK yang merupakan kewenangan Pemprov) tidak masuk sekolah, makanya dana (JPS) itu juga akan diberikan untuk membantu mereka. Semua transparan, ada DPRD dan BPKP serta Kejaksaan di sini,” tegasnya.



Sementara Regional CEO PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Regional I Sumatera 1 Wono Budi Tjahyono menyampaikan bahwa pihaknya menyerahkan bantuan 500 paket APD ke Tim Gugus Tugas serta langsung kepada RSUP H Adam Malik yang juga hadir di tempat yang sama oleh Plh Dirut dr Zainal Safri. Adapun nilai total bantuan yang diberikan sebesar Rp10 Miliar.



“Kita serahkan APD ini kepada Gugus Tugas untuk bantuan penanganan Covid-19. Mungkin ke dapan akan kita lanjutkan lagi penyaluran paket sembako. Sebagaimana imbauan Pak Gubernur, nantinya bantuan sembako akan kita serahkan melalui Gugus Tugas,” pungkasnya.( limber sinaga )


Gubernur Edy Tinjau RSUD Salak


Gubernur Edy Tinjau RSUD Salak Dan Serahkan Bantuan APD


PAKPAK BHARAT,( kbn lipanri )

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi terus melakukan peninjauan ke sejumlah daerah kabupaten/kota untuk memastikan penanganan Covid-19 berjalan dengan baik, terutama penanganan medis. Untuk itu, Selasa (21/4), Gubernur dan rombongan meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salak, Kabupaten Pakpak Bharat.

 FOTO
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salak, Kabupaten Pakpak Bharat, Selasa (21/4)

Kedatangan Gubernur yang didampingi Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut Alwi Mujahit Hasibuan dan Restuti Hidayani Saragih menggunakan helikopter Basarnas disambut Pj Bupati Pakpak Bharat Asren Nasution, bersama Ketua DPRD Sonni P Berutu, Kapolres AKBP Alamsyah P Hasibuan dan perwakilan Forkopimda lainnya di Lapangan Napasengkut Salak.



Edy Rahmayadi yang juga Ketua GTPP Covid-19 Sumut bersama rombongan langsung menuju RSUD Salak. Dalam peninjauan berbagai fasilitas yang dimiliki RSUD tersebut, Edy menanyakan berbagai langkah dan kesiapan pihak rumah sakit dalam penanganan pasien Covid-19 kepada Direktur RSUD Elysa Barus didampingi Kepala Dinas Kesehatan Tomas serta jajaran rumah sakit.



Meski RSUD Salak bukan rumah sakit rujukan Covid-19, Edy Rahmayadi ingin penanganan pasien Covid-19 berjalan dengan baik dan sesuai prosedur penanganan Covid-19. Untuk itu, Edy meminta agar dilakukan simulasi oleh pihak RSUD seandainya ada pasien yang datang dan terindikasi Covid-19. Alat pelindung diri (APD), tenaga medis, ruang istirahat dan tempat ganti pakaian petugas kesehatan serta fasilitas untuk pasien Covid-19 menenangkan diri agar tidak stress, juga menjadi perhatian Gubernur.



Gubernur menyatakan bahwa sikapnya yang terkesan agar rewel ini hanya semata-mata agar semua pihak semakin cermat dan antisipatif dengan lebih teliti, sehingga secara komprehensif dapat terhindar dari Covid-19 yang telah banyak memakan korban ini. “Sayangi masyarakat dan jangan ada penolakan dari rumah sakit jika ada masyarakat yang terindikasi Covid-19,” tegasnya.



Pada kesempatan itu, Gubernur juga menyerahkan bantuan APD untuk RSUD Salak. Bantuan ini diharapkan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk penanganan Covid-19, sehingga dapat mempercepat penanganan pasien dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di daerah ini.



Pj Bupati Asren Nasution menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran Gubernur Edy Rahmayadi di Pakpak Bharat. Dikatakannya, berbagai saran dari Gubernur akan segera dilaksanakan oleh masyarakat dalam upaya percepatan penanganan dan pencegahan Covid-19, antara lain dengan tetap di rumah saja, sesering mungkin mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumuman dan terus menggunakan masker jika terpaksa keluar rumah.



“Kepatuhan dan kebersamaan kita semoga dapat menghilangkan virus yang membahayakan ini dari muka bumi,” ujar Asren.( limber sinaga )


Ratu Belanda Mengunjungi Indonesia


Kunjungan Pertama Penguasa Belanda ke Indonesia


Jakarta,( kbn lipanri )

Ratu Belanda mengunjungi Indonesia untuk kali pertama dalam sejarah. Setelah bertemu Presiden Soeharto, Ratu Belanda mengunjungi Bandung, Yogyakarta, dan Bali
Oleh M. Fazil Pamungkas

 Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Wikimedia Commons)

Raja Belanda Willem-Alexander tiba di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3). Bersama sang istri, Ratu Maxima, rombongan Kerajaan Belanda tiba sekira pukul 10.30 WIB. Raja dan Ratu Belanda disambut langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana. Pada kesempatan tersebut, Ratu Maxima menerima karangan bunga dari cucu presiden, Sedah Mirah.

Mengutip pemberitaan yang dilansir oleh laman milik pemerintah Indonesia setkab.go.id, setelah diperdengarkan lagu kebangsaan kedua negara, presiden dan raja saling mengenalkan para menteri dan delegasi yang mendampingi kunjungan kenegaraan kali ini. Acara lalu dilanjut sesi foto bersama. Kemudian seluruh rombongan menuju beranda Istana Bogor untuk berbincang dan menyampaikan keterangan pers bersama.

“Merupakan tanda yang sangat menjanjikan bahwa dua negara yang pernah berada di pihak yang berlawanan dapat menjalin hubungan yang semakin erat dan mengembangkan sebuah hubungan baru berdasarkan rasa hormat, saling percaya, dan persahabatan. Ikatan di antara kita semakin erat dan beragam. Ini sungguh menggembirakan saya,” ungkap Raja Willem.

Sementara menurut presiden, Belanda merupakan salah satu mitra penting Indonesia di Eropa. Kedudukan negara itu cukup strategis di bidang perdagangan, investasi, dan pariswisata.

BACA JUGA:
Hilang Ratusan Tahun, Keris Diponegoro Ditemukan di Belanda
https://historia.id/kultur/articles/hilang-ratusan-tahun-keris-diponegoro-ditemukan-di-belanda-Pdlkl



“Di kawasan Eropa, Belanda merupakan mitra dagang Indonesia terbesar kedua, mitra investasi terbesar pertama, dan mitra pariwisata terbesar keempat. Saya menyambut baik kunjungan Sri Baginda yang juga disertai pengusaha Belanda dalam jumlah yang besar,” kata presiden.

Rencananya rombongan kerajaan Belanda ini akan berada di Indonesia selama empat hari. Meski hanya memiliki waktu yang singkat, ia menyampaikan keinginannya mengenal lebih dalam Indonesia. “Kami akan melakukan yang terbaik untuk bertemu dan berbicara dengan orang sebanyak mungkin,” imbuhnya.

Kunjungan Raja Willem ini merupakan kunjungan ketiga penguasa Belanda ke Indonesia pasca proklmasi. Lantas kapan kunjungan pertama penguasa Belanda ke negeri ini?

Kedatangan Ratu
Bangsa Belanda diketahui pertama kali datang ke Indonesia pada 23 Januari 1595. Diceritakan sejarawan Universitas Leiden Femme Simon Gaastra dalam De Geschiedenis van de VOC, melalui delegasi dagang yang dipimpin Cornelis de Houtman, orang-orang Belanda berhasil mendaratkan kapal layarnya di Banten. Perjalanan itu menjadi pembuka bagi kehidupan baru bangsa Belanda di Hindia.

Namun selama 350 tahun petualangan orang-orang Belanda, tidak pernah sekalipun raja ataupun ratu Belanda menginjakkan kakinya di tanah Hindia. Para penguasa dari Eropa bagian barat itu hanya mengandalkan seorang gubernur jenderal, serta menteri-menteri negeri jajahan sebagai kepanjangan tangan bagi segala keperluan mereka akan negeri yang sedang dijajahnya.

Bahkan ketika tahun 1945 Republik Indonesia (RI) resmi berdiri, belum ada pemimpin Kerajaan Belanda yang bersedia hadir. Barulah pada masa kepemimpinan Ratu Juliana (1909-2004), Belanda mulai membuka diri kepada Indonesia. Dijelaskan Majalah Tempo 28 Agustus 1971, jalinan kerjasama antara Indonesia dan Belanda dimulai sejak 1966. Pemerintah Indonesia kala itu menerima bantuan dana sebesar 573.300 juta rupiah dari Belanda.


Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Perpusatakaan Nasional Republik Indonesia)
Hubungan keduanya semakin harimonis manakala rombongan Presiden Soeharto untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Belanda pada 1970. Lawatan kenegaraan tersebut menjadi salah satu momen terpenting dalam sejarah hubungan kedua negara. Sebagai balasan dari kunjungan itu, Ratu dan Raja Belanda pun datang ke Indonesia pada 26 Agustus 1971.

“Permadani merah sehalus beludru dan bunga-bunga anggrek juga harus semerbak akan menyambut Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard pada saat pasangan tamu agung itu menginjakkan kaki di bumi Indonesia,” demikian menurut pemberitaan Pikiran Rakjat 26 Agustus 1971.
BACA JUGA:
Raja Nusantara di Penobatan Ratu Belanda
https://historia.id/politik/articles/raja-nusantara-di-penobatan-ratu-belanda-DO4a7


Pesawat jet Constellation DC-8 yang membawa Ratu dan Raja Belanda mendarat aman di Bandara Kemayoran pukul 13.00 WIB. Diberitakan Harian Kompas 27 Agustus 1971, ribuan orang datang memadati Kemayoran, termasuk para pejabat pemerintah dan pemuka agama yang hadir menyambut kedatangan Ratu Juliana. Presiden Soeharto bersama ibu negara menyambut langsung keduanya di kaki tangga pesawat. Putri Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti, kemudian menyerahkan sebuah karangan bunga kepada Ratu Juliana.

Dari Kemayoran, rombongan bergerak ke Wisma Negara. Iring-iringan mobil yang dijaga begitu ketat tidak mengurangi antusiasme masyarakat untuk melihat Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard. Mereka yang sedari pagi sudah berkumpul akhirnya dapat menyaksikan secara langsung para penguasa Belanda itu menginjakkan kakinya di Indonesia.


Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Wikimedia Commons)
Di Istana Merdeka, acara dilanjutkan dengan pertemuan santai antara keluarga presiden dan rombongan ratu. Kemudian disusul acara saling tukar tanda mata sebagai kenang-kenangan atas kunjungan tersebut. Untuk Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard, Soeharto memberi empat gelang emas dan ukiran emas buatan Kendari, serta patung garuda buatan Bali. Sementara Belanda memberi benda-benda kristal sebagai hadiah.

“Ini adalah untuk pertama kali seorang Ratu (Raja) yang juga memegang tampuk pimpinan pemerintahan dari Keluarga Oranje (Huis van Oranje) mengadakan kunjungan ke Indonesia, sejak hubungan Indonesia-Belanda hampir 375 tahun yang lalu,” tulis Pikiran Rakjat. “Baik kalangan resmi Belanda maupun Indonesia melihat kunjungan Ratu Juliana ke Indonesia ini sebagai suatu peristiwa yang sangat penting dalam proses saling dekat mendekati dari kedua bangsa.”

Safari Ratu
Selama berada di Indonesia, Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard berkunjung ke banyak tempat. Keduanya pergi ke Kebun Raya dan Istana Bogor, Bandung, Kawah Tangkuban Parahu, Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Tampaksiring, Ubud, dan beberapa objek wisata di Bali. Selain tempat wisata, Ratu dan Raja Belanda juga mengunjungi tempat-tempat penampungan anak, rumah penyandang disabilitas, dan tempat-tempat sosial lainnya. Menurut Pikiran Rakjat 27 Agustus 1970, mereka bahkan menyempatkan waktu berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan Pemakaman Belanda di Menteng Pulo.


Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard di Tangkuban Perahu, Jawa Barat (fineartamerica.com)
Sebelum melanjutkan safari ke beberapa tempat di luar Jakarta, Jumat pagi, 27 Agustus 1970, pasangan Tamu Agung dari Belanda itu melakukan kunjungan ke Universitas Indonesia. Mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Jakarta diperkenankan untuk hadir dan mendengarkan pidato dari sang ratu. Rektor bersama Dewan Mahasiswa UI kala itu menyambut kedatangan mereka setiba di kompleks kampus.

“Jika kalian masih muda dan sudah tidak percaya pada hari-hari esok, itu tidak baik. Demikian pula, kalau kalian sudah lanjut usia, tapi tidak lagi percaya akan masa depan, itupun suatu kekeliruan,” ucap Ratu Juliana sebagimana diberitakan Harian Kompas 28 Agustus 1971.

Rombongan ratu tiba di Bandung pukul 16.22 (29/08) dari Bogor. Mereka baru saja menyelesaikan kunjungan di Istana dan Kebun Raya Bogor. Di Bandung, ratu disambut oleh Walikota Bandung R. Otje Djunjunan dan Ketua DPRD Kodya Bandung Irawan Sarpingi. Keduanya mengenakan pakaian adat Sunda. Rombongan lalu diarahkan ke Kantor Gubernuran.

BACA JUGA:
Pasukan Bumiputera Pembela Ratu Belanda
https://historia.id/militer/articles/pasukan-bumiputera-pembela-ratu-belanda-DrBjk


Di Kantor Gubernuran, Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard menyaksikan pertunjukan tari dan pawai kesenian khas Priangan yang dibawakan oleh para seniman dari kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Ratu terlihat senang melihat berbagai sajian yang dipersiapkan pemerintah kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat Solihin GP. Namun tidak sedikit masyarakat yang kecewa karena tidak sempat bertatap muka dengan rombongan tamu agung dari Belanda itu.

“Masyarakat Bandung banyak yang kecewa karena ternyata Ratu Juliana tidak melewati jalan di mana mereka menunggu sejak siang. Sementara itu masyarakat yang berjejal di sepanjang jalan yang dilalui ratu juga banyak yang menyatakan rasa tidak puasnya karena mobil ratu dan rombongan dijalankan terlalu cepat,” tulis Pikiran Rakjat 30 Agustus 1970.

Ketika berada di Bandung, ratu menyempatkan waktu mengunjungi Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat. Keesokan harinya (30/08) rombongan Ratu Belanda sudah berada di Yogyakarta. Pesawat Jet Fokker dari Bandung yang membawa ratu diterima langsung Sri Sultan Hamengkubuwono di Bandara Adi Sucipto. Dari sana, rombongan langsung bergerak menuju Gedung Agung.


Ratu Juliana di Bali (spaarnestadphoto.nl)
Sama seperti di Jakarta dan Bandung, di Yogyakarta pun rakyat telah berkumpul di sepanjang jalan untuk memberi sambutan secara langsung kepada Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard. Malam harinya, jamuan makan telah disiapkan Sri Sultan di Gedung Kepatihan. Kemudian dilanjutkan dengan pameran pakaian pengantin khas keraton Yogyakarta dan Solo.

“Selasa sore tamu negara beserta rombongan meninjau Candi Borobudur dan Selasa malam menyaksikan Sendra Tari Ramayana di Prambanan. Ratu Juliana akan berada di Yogyakarta hingga Rabu untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Bali sebagai tahap terakhir kunjungan kenegaraan di Indonesia,” tulis Pikiran Rakjat edisi 1 September 1971.( limber sinaga )