perubahab break

Breaking News:
Loading...

coba3

contoh12

coba3

KIRIM1

Master

Beli sekarang dengan PayPal

TVLIPANRI

Daftar isi

Menkes Keluarkan Peraturan Terbaru


Percepat Penanganan Covid-19 Menkes Keluarkan Peraturan Terbaru



MEDAN,( kbn lipanri ) – Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumatera Utara (Sumut) mulai menerapkan penggunaan istilah baru dalam penanganan Covid-19. Hal ini diharapkan dapat mendukung dan mempercepat penanganan Covid-19, termasuk mengurangi kepadatan rumah sakit.


 
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, ada beberapa istilah baru yang harus digunakan dalam penanganan Covid-19. Antara lain, kasus suspek, kasus probable, kontak erat, kasus konfirmasi (simptomatik dan asimptomatik), kemudian pelaku perjalanan, discarded, selesai isolasi dan kematian. Istilah baru ini juga menggantikan istilah-istilah sebelumnya seperti Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan Orang Tanpa Gejala (OTG).



Hal tersebut disampaikan Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut Aris Yudhariansyah pada siaran pers di Media Centre GTPP Covid-19 Sumut, Lantai 6 Kantor Gubernur, Jalan Pangeran Diponegoro No 30 Medan, Senin (20/7). Seperti kasus selesai isolasi, kata Aris, istilah tersebut digunakan untuk orang dengan kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan tindak lanjut pemeriksaan RT-PCR. Ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.



“Di Sumatera Utara banyak ditemukan kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) atau yang sering kita sebut dengan OTG. Ke depan GTPP Covid-19 Sumut akan segera melakukan penyesuaian dengan pedoman yang baru ini, untuk mengurangi kepadatan rumah sakit, sehingga nantinya rumah sakit dapat digunakan sepenuhnya untuk orang-orang yang terpapar Covid-19 dengan gejala (simptomatik) yang membutuhkan treatment atau perawatan,” katanya.



Aris menjelaskan, pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang dan gejala berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria selesai isolasi, serta dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan berdasarkan penilaian dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tempat dilakukan pemantauan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).



Sementara itu, pasien konfirmasi dengan gejala berat atau kritis dimungkinkan memiliki hasil pemeriksaan tindak lanjut RT-PCR positif. Hal itu disebabkan pemeriksaan RT-PCR masih dapat mendeteksi bagian tubuh Covid-19 walaupun virus sudah tidak aktif lagi (tidak menularkan lagi). Terhadap pasien tersebut, maka penentuan sembuh berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan DPJP.



“Ini (istilah baru) penting buat kita bukan hanya terkait terminologi nama, tapi juga dalam kaitan kepentingan kita untuk melaksanakan survei epidemiologi. Karena kita tahu bersama sumber penularan adalah orang yang terkonfirmasi positif baik ada gejala atau tidak ada gejala. Ini yang kemudian harus betul-betul kita cermati agar kita bisa lakukan isolasi dengan baik sehingga tidak menjadi sumber penularan di tengah masyarakat,” kata Aris.



Selain itu, GTPP Covid-19 Sumut mengkonfirmasi kasus terpapar di antaranya, suspek 329 orang, konfirmasi 2952 orang, meninggal 150 orang dan sembuh 768 orang. Aris mengatakan berdasarkan data tersebut terjadi kecenderungan kasus konfirmasi positif baru didapatkan dari hasil tracing secara agresif yang dilakukan Dinas Kesehatan dan Puskesmas.



“Dari hasil inilah yang kemudian secara masif kita lakukan pemeriksaan dengan real time PCR dan beberapa di antaranya kita temukan dengan status konfirmasi positif namun tidak menunjukkan gejala. Ini menjadi penting untuk kita pahami bahwa kasus-kasus ini lah yang harus menjalankan isolasi dengan ketat. Karena kalau tidak ini akan bisa menjadi sumber penularan yang baru,” kata Aris.



Diharapkan dengan tracing secara agresif, seluruh kasus konfirmasi tanpa gejala bisa diidentifikasi. Sebab jika tidak teridentifikasi dikhawatirkan akan menjadi sumber penularan di tengah masyarakat. “Yang lebih penting lagi adalah mari bersama-sama kita kurangi risiko untuk tertular dengan cara kita ubah kebiasaan kita untuk menjadi aman dari covid-19. Dimana kebiasaan itu sudah kami sampaikan dalam bentuk protokol kesehatan,” pesan Aris.



Aris juga menyampaikan pesan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, bahwa masyarakat harus tetap waspada karena pandemi Covid-19 belum selesai, namun kegiatan harus tetap berjalan. Untuk itu masyarakat diminta untuk senantiasa menerapkan adaptasi kebiasaan baru.



“Dengan adaptasi kebiasaan baru, masyarakat bisa melakukan aktivitasnya di masa pandemi Covid-19. Penerapan kebiasaan baru tersebut di antaranya menggunakan masker pelindung hidung dan mulut, menjaga jarak interaksi 1-2 meter, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menghindari kerumunan orang,” kata Aris. ( limber sinaga )



FOTO



Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut Aris Yudhariansyah pada siaran pers di Media Centre GTPP Covid-19 Sumut, Lantai 6 Kantor Gubernur, Jalan Pangeran Diponegoro No 30 Medan, Senin (20/7).


Tiga Desa Terinveksi Virus Covid 19



Permasalahan Tiga Desa Terinveksi Virus Covid 19 Di Simalungun

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Simalungun, Akmal Siregar mengatakan, upaya memperketat pengamanan di pintu masuk dan keluar Desa Huta II, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dari desa itu.


"Untuk kebutuhan pangan seluruh warga desa ditanggulangi pemerintah kabupaten melalui gugus tugas. Ada 325 kepala keluarga (KK) meliputi 844 jiwa di Huta II, Nagori Tanjung Hataran, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun," ujar Akmal Siregar, Minggu (21/6/2020).

Akmal menyampaikan, selama desa itu diisolasi, masyarakat di Desa Huta II, Nagori Tanjung Hataran, tidak diperkenankan beraktivitas di luar rumah. Apalagi sampai pergi meninggalkan desanya. "Kita sudah membangun dapur umum. Ada petugas khusus yang memasak untuk kebutuhan masyarakat. Selama menjalani isolasi, semua kebutuhan masyarakat, langsung diantar petugas TNI dan Polri. Jadi warga cukup berada di rumah," katanya.

Seperti diketahui, Desa Huta II, Nagori Tanjung Hataran, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, terpaksa diisolasi karena ada 24 orang warga di desa itu positif Covid-19 dan 46 orang reaktif hasil rapid test. Jumlah positif Covid-19 ini bertambah 3 orang menjadi 27 orang.

Tiga desa di Kabupaten Simalungun, tempat tinggal orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona (Covid-19) untuk sementara diisolasi dengan cara membatasi mobilitas keluar-masuk masyarakat.Kebijakan itu disampaikan Bupati Simalungun, JR Saragih, selaku Ketua Posko Tanggap
Menurutnya ketiga desa itu adalah Nagori (Desa) Bangun Panei di Kecamatan Dolok Masagal, Nagori Karang Anyer di Kecamatan Gunung Malela dan Kelurahan Perdagangan di Kecamatan Bandar.
JR Saragih menjamin kebutuhan warga kurang mampu di ketiga desa tersebut yang akan dibantu Dinas Sosial."Sedangkan warga yang mampu bisa meminta tolong petugas untuk membelikan kebutuhannya," kata JR Saragih.
Sementara ketersediaan air bersih akan disuplai dari PDAM Tirta Lihou agar warga tidak perlu lagi ke bak umum untuk keperluan rumah tangga.
Saat ini Pemkab Simalungun mengerahkan tim kesehatan untuk memeriksa kesehatan masyarakat di sana sehingga cepat diketahui perkembangannya guna memutus mata rantai penularan virus covid 19.( team )

Masyarakat Budidaya Anggrek


Menguntungkan, Ketua TP PKK Ajak Masyarakat Budidaya Anggrek


SIMALUNGUN,( kbn lipanri )

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Nawal Edy Rahmayadi terkesan dengan Taman Anggrek yang ada di Desa Dolok Panribuan Kecamatan Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. Berbagai jenis anggrek tumbuh subur di taman dan banyak menarik perhatian masyarakat.









FOTO
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi didampingi Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Provinsi Sumatera Utara  Nawal Edy Rahmayadi meninjau Taman Budidaya Anggrek Tiga Dolok Kabupaten Simalungun, Kamis (4/6/2020)

Ada lebih dari 188 jenis anggrek di area seluas 2 hektare ini ditambah dengan beberapa jenis bunga lainnya. Menurut Nawal bisnis ini cukup menjanjikan. "Ini binis yang cukup menjanjikan. Lahan seluas ini bisa menghasilkan bunga dalam jumlah yang banyak dan saya lihat kualitasnya sangat bagus," kata Nawal saat mengunjungi Taman Anggrek di Desa Panribuan ini, Kamis (4/6), bersama Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.



Menurut Nawal, banyak daerah yang kondisi alamnya cocok untuk membudidayakan anggrek dengan baik, tetapi masih kurang secara teknik. Untuk itu, dia mengajak masyarakat yang tinggal di daerah sejuk memanfaatkan kesempatan ini.



"Banyak daerah kita yang secara geografis bagus untuk membudidayakan anggrek, tetapi mungkin masih kurang secara teknik. Ini sangat menjanjikan secara ekonomi bila ditata dengan tepat," terang Nawal.



Edy Rahmayadi juga terkesan dengan Taman Anggrek ini, karena mampu membudidayakan anggrek dengan jumlah dan jenis yang banyak. Menurutnya, masyarakat yang memiliki lahan lebih bisa mencoba budidaya anggrek, karena selain indah juga menguntungkan secara ekonomi.



"Saya terkesan, jenis anggreknya banyak sekali di sini, cara penanamannya juga bagus. Tidak sulit diterapkan di rumah. Bila di rumah ada lahan lebih, bisa dicoba karena sangat menguntungnkan," kata Edy.



Menurut keterangan pemilik taman Asnul Pane, harga anggrek di Taman Anggrek Tiga Dolok ini sangat bervariasi, mulai dari Rp40.000 hingga Rp200.000/batang. Begitu juga dengan jenisnya, dia juga menjual bibit dan pohon anggrek (tanpa bunga).



"Harganya tergantung jenis, paling murah itu ada yang Rp40.000, yang paling mahal Rp200.000/batang. Kita juga menyediakan bibit dan pohonnya," kata Asnul Pane.



Asnul mengatakan, pemesan paling banyak datang dari Kota Medan, bahkan sampai ke Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. "Kalau paling banyak itu dari Medan untuk dekorasi, dibudidaya sendiri dan lainnya. Setiap kita memiliki anggrek yang sudah dewasa dan memiliki bunga, maka sebagian besar anggrek tersebut sudah dipesan pelanggan. Orang-orang yang melintas juga tak sedikit yang singgah dan membeli bunga di sini," kata Asnul.



Taman Anggrek Tiga Dolok ini salah satu taman anggrek terluas di Sumut dan juga memiliki jenis anggrek yang lengkap. Menurut Asnul setiap jenis anggrek rata-rata bisa menghasilkan lebih dari 100 pohon anggrek yang berbunga.



"Dalam keadaan yang normal taman ini bisa menghasilkan 100 lebih pohon anggrek yang berbunga (siap jual) per spesiesnya. Tetapi, yang paling diminati banyak masyarakat itu anggrek bulan, anggrek Indonesia Raya, Rambo, Sure Gold dan Chan Chao. Walau begitu jenis yang lain juga memiliki penggemar sendiri," tambah Asnul.



Asnul berharap semakin banyak petani anggrek yang membudidayakan bunga cantik ini dengan baik. "Tidak sedikit petani kita yang gagal karena salah dalam teknik penanaman. Padahal kita bisa belajar dengan mudah sekarang dari YouTube, sosmed, internet dan lainnya. Jadi, teruslah belajar," kata Asnul.( limber sinaga )


2.200 TKI akan Masuk Sumut


2.200 TKI akan Masuk Sumut, Kabupaten/Kota Diminta Persiapkan Penanganannya


MEDAN,( kbn lipanri )

Sedikitnya 2.200 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Malaysia akan masuk lagi ke Sumatera Utara (Sumut). Untuk itu, daerah kabupaten/kota yang berada di pantai timur seperti Batubara, Asahan dan Tanjungbalai diminta melakukan persiapan penanganannya, terutama untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

 FOTO
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumut R Sabrina memimpin rapat jarak jauh menggunakan video conference dengan para Sekda Kabupaten/Kota se-Sumut, di Ruang Sumut Smart Province Kantor Gubernur Sumut Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan, Selasa (5/5).

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumut R Sabrina dalam rapat jarak jauh menggunakan video conference bersama para Sekda Kabupaten/Kota se-Sumut, di Ruang Sumut Smart Province Kantor Gubernur Sumut Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan, Selasa (5/5).



"Tak lama lagi akan masuk 2.200 TKI kita, baik itu yang resmi maupun secara ilegal. Untuk itu saya harapkan seluruh kabupaten/kota di Sumut yang memiliki pelabuhan agar melakukan persiapan, mulai dari protokol kesehatan hingga persiapan tempat karantina sementara," ujar Sabrina.



Sabrina mengatakan, setiap TKI yang masuk harus melalui prosedur protokol kesehatan penanganan Covid-19, termasuk pemeriksaan dengan menggunakan rapid test. Bila ada yang positif akan langsung dibawa ke rumah sakit rujukan dan yang negatif dibawa ke rumah karantina.



“Kemudian untuk alat transportasi dari pelabuhan menuju rumah karantina, busnya pun harus sudah dilakukan sterilisasi dengan disinfektan," harapnya.



Selain itu, perlu dilakukan pendataan ulang terhadap para TKI tersebut sebelum dikembalikan ke daerah masing-masing. “Akan kita lakukan pendataan ulang, agar kita komunikasikan ke daerah asal mereka. Karena para TKI yang datang, tidak semua berasal dari Sumut. Banyak berasal dari luar Sumut, seperti dari Pulau Jawa dan Bali hingga Kalimantan," ujarnya.



Sekda juga mengatakan, bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut membuat kebijakan bahwa semua kabupaten/kota akan mendapatkan bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) sesuai dengan kuota Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Untuk penyaluranya agar dikoordinasikan dengan Forkopimda di daerah sebelum diberikan ke masyarakat.



“Sembari memberikan bantuan juga bisa melakukan validasi terhadap data awal DTKS. Bila ditemukan penerima yang tidak sesuai syarat, misalkan rumahnya bagus, maka baiknya bantuan tersebut tidak diberikan dan dialihkan ke warga yang benar-benar membutuhkan," tambahnya.



Sekda juga menyampaikan instruksi Gubernur Sumut terkait penanganan Covid-19 ini. Bahwa semua pihak harus bergerak cepat, benar dan tepat serta saling berkoordinasi, bukan saling menyalahkan. “Bila ada hambatan di lapangan agar dilaporkan, dan diingatkan pada segenap pihak agar tidak mengambil kesempatan," ujarnya.



Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Provinsi Sumut Harianto Butarbutar menyampaikan, hingga saat ini sudah ada 3.100 orang TKI yang masuk ke Sumut, selain 2.200 orang TKI yang akan masuk.



"Saat ini TKI yang sudah masuk ke Sumut 3.100 orang dan kurang lebih 800 orang berasal dari luar Sumut. Karena tidak bisa menggunakan fasilitas pesawat terbang lagi, TKI pun masuk melalui jalur laut, mendarat di Serdangbedagai, Langkat, Batubara, Asahan, Deliserdang dan Tanjungbalai," ujarnya.



Kadisnaker mengatakan, bahwa TKI yang masuk nantinya akan diperlakukan sesuai standar protokol kesehatan. Setiap kabupaten/kota harus meningkatan pengawasan terhadap TKI yang akan masuk, walau pun jalur tikus mereka masuk nantinya tetap akan dilakukan penanganan dan isolasi sesuai dengan protokol kesehatan. ‘’Dilakukan karantina selama 14 hari dan diberikan makan selama isolasi," ujarnya.



Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut Aris Yudhariansyah menjelaskan, ada beberapa SOP yang harus dilakukan saat para TKI datang. Sesuai dengan protokol kesehatan, begitu masuk, para TKI dipisah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mereka yang tidak memiliki gejala dan kelompok kedua yang memiliki gejala.



“Bila TKI tidak berasal dari tempat bapak/ibu sekalian, para TKI bisa langsung dipulangkan ke daerah masing-masing dengan status ODP dan wajib melakukan isolasi mandiri selama 14 hari dan juga dilakukan rapid test walau pun tidak memiliki gejala," ujar Aris.



Bagi TKI yang memiliki gejala, kata Aris, harus langsung dibawa ke rumah sakit rujukan terdekat. “Bila di daerah tidak memiliki rumah sakit rujukan, silahkan berkoordinasi dengan kami agar pasien dibawa ke rumah sakit rujukan di provinsi," tambah Aris yang juga Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Sumut.( limber sinaga )


Aneh dan Langka yang Pernah Dialami Manusia

10 Kondisi Medis Aneh dan Langka yang Pernah Dialami Manusia


Jakarta,( kbn lipanri )

Masih banyak fenomena di dunia yang terbilang aneh dan misterius. Bidang kesehatan tidak luput dari kondisi medis aneh yang terbilang langka dan tidak biasa.

Beberapa kondisi aneh pada tubuh seperti gerakan tangan yang tidak terkendali atau suara-suara dalam kepala bisa terjadi dan dijelaskan secara ilmiah. Walaupun begitu, terkadang dokter sulit mendiagnosis hal semacam itu.

Mengutip dari Everydayhealth.com pada Senin (7/1/2019), berikut ini lima dari sepuluh kondisi medis aneh yang ada di dunia.

1. Sindrom Yerusalem

Jerusalem Syndrome atau sindrom Yerusalem sering dialami ketika seseorang mengunjungi wilayah tersebut. Kegiatan itu memicu gagasan obsesif tentang agama hingga delusi mesianisme. Beberapa gejalanya termasuk menggunakan jubah putih dan berkhotbah.

"Penderita tanpa kondisi kejiwaan yang sudah ada sebelumnya, biasanya kembali normal dalam lima sampai tujuh hari, mereka akan malu tentang perilakunya dan pulih sepenuhnya," kata asisten profesor psikiatri dan perilaku manusia di Brown University, Amerika Serikat Christine Montross.




 Zombie Walk di Prancis
Seorang wanita memakai kostum dan dandanan menyerupai zombie saat acara Zombie Walk di kota Strasbourg, Prancis, 15 September 2018. Acara ini dalam rangka Festival Film Fantasi Eropa ke-11 yang berlangsung dari 14 - 23 September. (FREDERICK FLORIN/AFP)
Kondisi ini juga dikenal dengan Cotard's Syndrome. Seseorang yang terkena sindrom ini mengalami gangguan neuropsikiatri di mana mereka percaya bahwa dirinya telah mati atau kehilangan jiwa, organ, darah, atau bagian tubuh tertentu.

Menurut Montross, Cotard telah diakui sebagai komponen penyakit kejiwaan. Namun, terkadang ada beberapa kasus yang mengaitkannya dengan perubahan neurologis.

"Karena kondisinya sangat jarang, sulit untuk menentukan dengan tepat mekanisme yang menyebabkannya." Untunglah, beberapa pasien mengalami pemulihan secara spontan, bahkan dalam kasus yang parah.

 Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)
Kondisi ini menyebabkan seseorang bisa melakukan aksen yang tidak pernah dia miliki. Gangguan tersebut disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang terkait dengan pengucapan.

"Stroke adalah penyebab paling umum, tapi trauma, tumor, dan kondisi neurologis lainnya seperti multiple sclerosis bisa menyebabkan pasien mulai bicara dengan aksen yang berbeda," kata Montross.

Menurut Kepala Cabang Neurologi Meids di Nationatl Institute of Neurological Disorders and Stroke di Bethesda, AS Mark Hallet, aksen yang dialami biasanya tidak terlalu baik dan masih bisa dikenali oleh penutur asli. Namun, gejalanya bisa berlangsung lama atau bahkan permanen.

Terjun Bebas di Sungai Tiber
Simone Carabella dari Italia melakukan terjun bebas ke sungai Tiber dari Jembatan Cavour di Roma, Selasa (1/1). Tradisi melompat dari jembatan setinggi 18 meter dan menyelam ke sungai tersebut sebagai bentuk perayaan tahun baru. (AP/Riccardo De Luca)
Masalah ini dinamai dari sekelompok orang Perancis yang bekerja di Maine pada 1870-an. Kondisi tersebut juga dikenal sebagai hyperekplexia. Orang yang mengalaminya akan melakukan reaksi ekstrem terhadap rangsangan, hingga melakukan lompatan yang tidak terkendali dan jatuh karena kejutan.

Hallet mengatakan, sindrom itu dapat diobati dengan benzodiazepin. Obat ini digunakan untuk mengatasi kecemasan dan kejang, dengan memperlambat sistem saraf.




Jari tangan pria (iStock)
Ilustrasi jari tangan pria. (iStockphoto)
Alien Hand Syndrome atau juga dikenal dengan Dr. Strangelove Syndrome terjadi ketika tangan atau anggota badan lain menjadi tidak terkendali.

Menurut neuropsikolog Elizabeth Geary masalah ini biasanya akibat tumor, stroke, atau pembedahan yang mempengaruhi corpus callosum yang menghubungkan dua belah otak.

Edukasi Masyarakat Hindari Covid-19


GTPP Sumut Perkuat Edukasi Masyarakat Hindari Covid-19



MEDAN,( kbn lipanri )

Selain upaya menangani orang yang terpapar Coronavirus Disease (Covid-19), antisipasi untuk melindungi masyarakat agar terhindar dari wabah ini juga penting digencarkan. Untuk itu, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi Sumut yang tergabung dari unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan pemerintah daerah kembali memperkuat upaya edukasi, sosialisasi, dan publikasi.




Teks foto
Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah memimpin rapat  Koordinasi Teknis Sosialisasi dan Publikasi Penanganan Penyebaran Covid-19 Provinsi Sumut di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Sudirman No 41 Medan, Selasa (28/4). Rapat tersebut dihadiri oleh unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk memperkuat upaya edukasi, sosialisasi, dan publikasi mengenai dampak Covid-19

Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi Teknis Sosialisasi dan Publikasi Penanganan Penyebaran Covid-19 Provinsi Sumut, di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Sudirman No 41 Medan, Selasa (28/4). Rapat dipimpin oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumut, Musa Rajekshah, Wakil Sekretaris Tim GTPP Sumut Arsyad Lubis, Koordinator Bidang Administrasi dan Keuangan GTTP Covid-19 Sumut Agus Tripriyono.

"Informasi dan komunikasi dilaksanakan dengan pola satu pintu, yakni pusat informasi GTTP Covid-19 Provinsi Sumut. Jadi jangan sampai ada kesimpangsiuran informasi di tengah masyarakat yang akhirnya menimbulkan kepanikan dan ketidakjelasan," tegas Wagub.

Selain menggunakan media mainstream dan media sosial, Wagub mengharapkan upaya sosialisasi juga melibatkan perangkat desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang paling dekat dan paham dengan masyarakat. "Beberapa momentum sosialisasi itu bisa saat melakukan pembagian sembako. Baik melalui tatap muka atau pembagian leaflet di dalam sembako," katanya.

Unsur Forkompida seperti kepolisian dan TNI juga diminta koordinasi dengan jajaran di kabupaten/kota untuk mengerahkan pasukan dalam membantu upaya sosialisasi penanganan Covid-19.

Beberapa langkah lain yang harus digencarkan diantaranya imbauan kepada para pengusaha khususnya kuliner untuk tidak memberikan sarana bagi konsumen untuk makan di tempat yang berujung terjadinya kerumunan. Kemudian, penggunaan mobil keliling kejaksaan di kabupaten/kota diharapkan dapat dilakukan untuk penerangan dan penyebaran informasi.

Saat itu, dijelaskan pula simulasi penyaluran Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Koordinator Bidang Administrasi dan Keuangan GTTP Covid-19 Sumut, Agus Tripriyono. Kepada masyarakat, Agus berpesan agar tidak perlu khawatir tidak memperoleh bantuan, karena anggaran telah dipersiapkan.

"Yang sedang kita tunggu saat ini adalah data dari kabupaten/kota. Jadi data dari kabupaten/kota tolong dipercepat, sehingga JPS bisa kita salurkan," pesannya.

Adapun jumlah masyarakat Sumut yang akan memperoleh bantuan berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yakni berjumlah 1.321.426, dengan rincian 662.661 KK dari program PKH, 662.762 KK dari Bantuan Sosial Tunai (dana ini dikucurkan dari APBN), dan 96.644 KK dari APBD Sumut atau kira-kira senilai Rp300 miliar. ( limber sinaga )


Bantuan APD dari PT Bank Mandiri


Terima Bantuan APD dari PT Bank Mandiri Gubernur Anjurkan Bantuan Diserahkan Langsung ke Rumah



MEDAN,( kbn lipanri )

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menganjurkan kepada seluruh pihak yang ingin memberikan bantuan bahan makanan atau sembako agar menyalurkannya langsung kepada yang bersangkutan langsung dari rumah ke rumah. Hal itu disampaikannya usai menerima bantuan alat pelindung diri (APD) dari PT Bank Mandiri (Persero) di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi, Jalan Sudirman 41 Medan, Kamis (23/4).


 

FOTO

BANTUAN 500 PAKET APD
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, serta Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting menerima bantuan dari CEO PT Bank Mandiri (Persero) Regional I Sumatera 1 Wono Budi Tjahyono sebanyak 500 paket APD di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara Jalan Sudirman 41, Medan, Kamis (23/04).

Usai menerima bantuan berupa paket APD yakni 500 baju hazmat dan 500 penutup kepala, Gubernur pun menyampaikan imbauan agar segala kegiatan penyerahan sembako dan sejenisnya, tidak dilakukan di pinggir jalan secara acak. Anjuran itu agar penerima paket bisa lebih teratur dan merata.



“Pejabat formal maupun informal, berikan ke kepala desa atau yang mengetahui rakyatnya. Sambil juga, bagi pemberi bantuan untuk bersilaturahmi kepada perwakilan orang-orang itu di rumah. Gunanya supaya mereka tidak berkumpul di jalanan dan mereka (rakyat) tidak menerima bantuan di jalanan,” ujar Gubernur didampingi Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah.



Karena menurut Gubernur, akan sulit memastikan siapa saja yang sudah atau belum mendapatkan bantuan jaring pengaman sosial (JPS), sehingga bisa didapatkan data pasti siapa penerima dan wilayah tempat tinggalnya. Hal itu bisa didapatkan dari pejabat setempat, seperti kepala desa atau kepala dusun/kepala lingkungan.


 
“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu masyarakat kita yang susah akibat dampak Covid-19 ini. Tetapi sistemnya harus kita atur. Jadi (bantuan APD) ini kami terima dan akan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima,” sebut Edy yang juga Ketua Tim GTPP Covid-19 Sumut.



Pernyataan Edy Rahmayadi itu bukan tanpa alasan. Sebab dirinya melihat banyak yang memberikan bantuan di jalanan. Selain menimbulkan keramaian dan kerumunan, juga banyak yang terlihat tidak menggunakan masker. Oleh karenanya, dirinya menekankan untuk penyerahan bantuan bisa disampaikan langsung kepada penerima dari rumah ke rumah melalui pihak yang mengetahui kondisi rakyat.



“Dengan begitu, kan bisa juga sekaligus memberikan ucapan tetap semangat, tetap selamat, diam di rumah, terus begitu. Mungkin itu lebih adil. Sehingga bisa dikoordinasikan, kemarin desa ini sudah, besok masuk ke desa lain,” jelas Edy Rahmayadi .



Selain itu, Edy juga mengimbau kepada masyarakat terkait masuknya bulan Ramadan tahun ini, untuk tetap mewaspadai wabah Covid-19. Jika harus keluar rumah seperti ke pasar untuk membeli bahan kebutuhan pangan, maka langkah antisipasi adalah menjaga jarak dan menggunakan masker.



“Untuk itu saya akan membagikan masker. Tetapi jangan dikantongi. Karena saya lihat, diberi masker, malah dikantongi. Satu lagi, seperti budaya kita di Ramadan ini, jauhi kerumunan (seperti ziarah kubur), dan jangan mudik. Semoga satu bulan ini, masalah kita selesai (wabah) dan kita bisa kembali membangun ekonomi rakyat,” lanjutnya.



Begitu juga soal anggaran pembangunan yang dilakukan perubahan peruntukan, Gubernur menegaskan bahwa pemerintah pusat telah menginstruksikan agar dana dimaksud dialokasikan untuk JPS. Untuk itu, anggaran tersebut akan digunakan membantu masyarakat dalam menghadapi wabah Covid-19 yang berdampak kepada perekonomian masyarakat.



“Termasuk juga seperti guru honor, kan mereka itu dibayar kalau mengajar. Jadi kan ini (tingkat SMA/SMK yang merupakan kewenangan Pemprov) tidak masuk sekolah, makanya dana (JPS) itu juga akan diberikan untuk membantu mereka. Semua transparan, ada DPRD dan BPKP serta Kejaksaan di sini,” tegasnya.



Sementara Regional CEO PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Regional I Sumatera 1 Wono Budi Tjahyono menyampaikan bahwa pihaknya menyerahkan bantuan 500 paket APD ke Tim Gugus Tugas serta langsung kepada RSUP H Adam Malik yang juga hadir di tempat yang sama oleh Plh Dirut dr Zainal Safri. Adapun nilai total bantuan yang diberikan sebesar Rp10 Miliar.



“Kita serahkan APD ini kepada Gugus Tugas untuk bantuan penanganan Covid-19. Mungkin ke dapan akan kita lanjutkan lagi penyaluran paket sembako. Sebagaimana imbauan Pak Gubernur, nantinya bantuan sembako akan kita serahkan melalui Gugus Tugas,” pungkasnya.( limber sinaga )


Gubernur Edy Tinjau RSUD Salak


Gubernur Edy Tinjau RSUD Salak Dan Serahkan Bantuan APD


PAKPAK BHARAT,( kbn lipanri )

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi terus melakukan peninjauan ke sejumlah daerah kabupaten/kota untuk memastikan penanganan Covid-19 berjalan dengan baik, terutama penanganan medis. Untuk itu, Selasa (21/4), Gubernur dan rombongan meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salak, Kabupaten Pakpak Bharat.

 FOTO
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salak, Kabupaten Pakpak Bharat, Selasa (21/4)

Kedatangan Gubernur yang didampingi Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut Alwi Mujahit Hasibuan dan Restuti Hidayani Saragih menggunakan helikopter Basarnas disambut Pj Bupati Pakpak Bharat Asren Nasution, bersama Ketua DPRD Sonni P Berutu, Kapolres AKBP Alamsyah P Hasibuan dan perwakilan Forkopimda lainnya di Lapangan Napasengkut Salak.



Edy Rahmayadi yang juga Ketua GTPP Covid-19 Sumut bersama rombongan langsung menuju RSUD Salak. Dalam peninjauan berbagai fasilitas yang dimiliki RSUD tersebut, Edy menanyakan berbagai langkah dan kesiapan pihak rumah sakit dalam penanganan pasien Covid-19 kepada Direktur RSUD Elysa Barus didampingi Kepala Dinas Kesehatan Tomas serta jajaran rumah sakit.



Meski RSUD Salak bukan rumah sakit rujukan Covid-19, Edy Rahmayadi ingin penanganan pasien Covid-19 berjalan dengan baik dan sesuai prosedur penanganan Covid-19. Untuk itu, Edy meminta agar dilakukan simulasi oleh pihak RSUD seandainya ada pasien yang datang dan terindikasi Covid-19. Alat pelindung diri (APD), tenaga medis, ruang istirahat dan tempat ganti pakaian petugas kesehatan serta fasilitas untuk pasien Covid-19 menenangkan diri agar tidak stress, juga menjadi perhatian Gubernur.



Gubernur menyatakan bahwa sikapnya yang terkesan agar rewel ini hanya semata-mata agar semua pihak semakin cermat dan antisipatif dengan lebih teliti, sehingga secara komprehensif dapat terhindar dari Covid-19 yang telah banyak memakan korban ini. “Sayangi masyarakat dan jangan ada penolakan dari rumah sakit jika ada masyarakat yang terindikasi Covid-19,” tegasnya.



Pada kesempatan itu, Gubernur juga menyerahkan bantuan APD untuk RSUD Salak. Bantuan ini diharapkan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk penanganan Covid-19, sehingga dapat mempercepat penanganan pasien dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di daerah ini.



Pj Bupati Asren Nasution menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran Gubernur Edy Rahmayadi di Pakpak Bharat. Dikatakannya, berbagai saran dari Gubernur akan segera dilaksanakan oleh masyarakat dalam upaya percepatan penanganan dan pencegahan Covid-19, antara lain dengan tetap di rumah saja, sesering mungkin mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumuman dan terus menggunakan masker jika terpaksa keluar rumah.



“Kepatuhan dan kebersamaan kita semoga dapat menghilangkan virus yang membahayakan ini dari muka bumi,” ujar Asren.( limber sinaga )


Ratu Belanda Mengunjungi Indonesia


Kunjungan Pertama Penguasa Belanda ke Indonesia


Jakarta,( kbn lipanri )

Ratu Belanda mengunjungi Indonesia untuk kali pertama dalam sejarah. Setelah bertemu Presiden Soeharto, Ratu Belanda mengunjungi Bandung, Yogyakarta, dan Bali
Oleh M. Fazil Pamungkas

 Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Wikimedia Commons)

Raja Belanda Willem-Alexander tiba di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3). Bersama sang istri, Ratu Maxima, rombongan Kerajaan Belanda tiba sekira pukul 10.30 WIB. Raja dan Ratu Belanda disambut langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana. Pada kesempatan tersebut, Ratu Maxima menerima karangan bunga dari cucu presiden, Sedah Mirah.

Mengutip pemberitaan yang dilansir oleh laman milik pemerintah Indonesia setkab.go.id, setelah diperdengarkan lagu kebangsaan kedua negara, presiden dan raja saling mengenalkan para menteri dan delegasi yang mendampingi kunjungan kenegaraan kali ini. Acara lalu dilanjut sesi foto bersama. Kemudian seluruh rombongan menuju beranda Istana Bogor untuk berbincang dan menyampaikan keterangan pers bersama.

“Merupakan tanda yang sangat menjanjikan bahwa dua negara yang pernah berada di pihak yang berlawanan dapat menjalin hubungan yang semakin erat dan mengembangkan sebuah hubungan baru berdasarkan rasa hormat, saling percaya, dan persahabatan. Ikatan di antara kita semakin erat dan beragam. Ini sungguh menggembirakan saya,” ungkap Raja Willem.

Sementara menurut presiden, Belanda merupakan salah satu mitra penting Indonesia di Eropa. Kedudukan negara itu cukup strategis di bidang perdagangan, investasi, dan pariswisata.

BACA JUGA:
Hilang Ratusan Tahun, Keris Diponegoro Ditemukan di Belanda
https://historia.id/kultur/articles/hilang-ratusan-tahun-keris-diponegoro-ditemukan-di-belanda-Pdlkl



“Di kawasan Eropa, Belanda merupakan mitra dagang Indonesia terbesar kedua, mitra investasi terbesar pertama, dan mitra pariwisata terbesar keempat. Saya menyambut baik kunjungan Sri Baginda yang juga disertai pengusaha Belanda dalam jumlah yang besar,” kata presiden.

Rencananya rombongan kerajaan Belanda ini akan berada di Indonesia selama empat hari. Meski hanya memiliki waktu yang singkat, ia menyampaikan keinginannya mengenal lebih dalam Indonesia. “Kami akan melakukan yang terbaik untuk bertemu dan berbicara dengan orang sebanyak mungkin,” imbuhnya.

Kunjungan Raja Willem ini merupakan kunjungan ketiga penguasa Belanda ke Indonesia pasca proklmasi. Lantas kapan kunjungan pertama penguasa Belanda ke negeri ini?

Kedatangan Ratu
Bangsa Belanda diketahui pertama kali datang ke Indonesia pada 23 Januari 1595. Diceritakan sejarawan Universitas Leiden Femme Simon Gaastra dalam De Geschiedenis van de VOC, melalui delegasi dagang yang dipimpin Cornelis de Houtman, orang-orang Belanda berhasil mendaratkan kapal layarnya di Banten. Perjalanan itu menjadi pembuka bagi kehidupan baru bangsa Belanda di Hindia.

Namun selama 350 tahun petualangan orang-orang Belanda, tidak pernah sekalipun raja ataupun ratu Belanda menginjakkan kakinya di tanah Hindia. Para penguasa dari Eropa bagian barat itu hanya mengandalkan seorang gubernur jenderal, serta menteri-menteri negeri jajahan sebagai kepanjangan tangan bagi segala keperluan mereka akan negeri yang sedang dijajahnya.

Bahkan ketika tahun 1945 Republik Indonesia (RI) resmi berdiri, belum ada pemimpin Kerajaan Belanda yang bersedia hadir. Barulah pada masa kepemimpinan Ratu Juliana (1909-2004), Belanda mulai membuka diri kepada Indonesia. Dijelaskan Majalah Tempo 28 Agustus 1971, jalinan kerjasama antara Indonesia dan Belanda dimulai sejak 1966. Pemerintah Indonesia kala itu menerima bantuan dana sebesar 573.300 juta rupiah dari Belanda.


Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Perpusatakaan Nasional Republik Indonesia)
Hubungan keduanya semakin harimonis manakala rombongan Presiden Soeharto untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Belanda pada 1970. Lawatan kenegaraan tersebut menjadi salah satu momen terpenting dalam sejarah hubungan kedua negara. Sebagai balasan dari kunjungan itu, Ratu dan Raja Belanda pun datang ke Indonesia pada 26 Agustus 1971.

“Permadani merah sehalus beludru dan bunga-bunga anggrek juga harus semerbak akan menyambut Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard pada saat pasangan tamu agung itu menginjakkan kaki di bumi Indonesia,” demikian menurut pemberitaan Pikiran Rakjat 26 Agustus 1971.
BACA JUGA:
Raja Nusantara di Penobatan Ratu Belanda
https://historia.id/politik/articles/raja-nusantara-di-penobatan-ratu-belanda-DO4a7


Pesawat jet Constellation DC-8 yang membawa Ratu dan Raja Belanda mendarat aman di Bandara Kemayoran pukul 13.00 WIB. Diberitakan Harian Kompas 27 Agustus 1971, ribuan orang datang memadati Kemayoran, termasuk para pejabat pemerintah dan pemuka agama yang hadir menyambut kedatangan Ratu Juliana. Presiden Soeharto bersama ibu negara menyambut langsung keduanya di kaki tangga pesawat. Putri Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti, kemudian menyerahkan sebuah karangan bunga kepada Ratu Juliana.

Dari Kemayoran, rombongan bergerak ke Wisma Negara. Iring-iringan mobil yang dijaga begitu ketat tidak mengurangi antusiasme masyarakat untuk melihat Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard. Mereka yang sedari pagi sudah berkumpul akhirnya dapat menyaksikan secara langsung para penguasa Belanda itu menginjakkan kakinya di Indonesia.


Ratu Juliana dan Presiden Soeharto (Wikimedia Commons)
Di Istana Merdeka, acara dilanjutkan dengan pertemuan santai antara keluarga presiden dan rombongan ratu. Kemudian disusul acara saling tukar tanda mata sebagai kenang-kenangan atas kunjungan tersebut. Untuk Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard, Soeharto memberi empat gelang emas dan ukiran emas buatan Kendari, serta patung garuda buatan Bali. Sementara Belanda memberi benda-benda kristal sebagai hadiah.

“Ini adalah untuk pertama kali seorang Ratu (Raja) yang juga memegang tampuk pimpinan pemerintahan dari Keluarga Oranje (Huis van Oranje) mengadakan kunjungan ke Indonesia, sejak hubungan Indonesia-Belanda hampir 375 tahun yang lalu,” tulis Pikiran Rakjat. “Baik kalangan resmi Belanda maupun Indonesia melihat kunjungan Ratu Juliana ke Indonesia ini sebagai suatu peristiwa yang sangat penting dalam proses saling dekat mendekati dari kedua bangsa.”

Safari Ratu
Selama berada di Indonesia, Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard berkunjung ke banyak tempat. Keduanya pergi ke Kebun Raya dan Istana Bogor, Bandung, Kawah Tangkuban Parahu, Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Tampaksiring, Ubud, dan beberapa objek wisata di Bali. Selain tempat wisata, Ratu dan Raja Belanda juga mengunjungi tempat-tempat penampungan anak, rumah penyandang disabilitas, dan tempat-tempat sosial lainnya. Menurut Pikiran Rakjat 27 Agustus 1970, mereka bahkan menyempatkan waktu berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan Pemakaman Belanda di Menteng Pulo.


Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard di Tangkuban Perahu, Jawa Barat (fineartamerica.com)
Sebelum melanjutkan safari ke beberapa tempat di luar Jakarta, Jumat pagi, 27 Agustus 1970, pasangan Tamu Agung dari Belanda itu melakukan kunjungan ke Universitas Indonesia. Mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Jakarta diperkenankan untuk hadir dan mendengarkan pidato dari sang ratu. Rektor bersama Dewan Mahasiswa UI kala itu menyambut kedatangan mereka setiba di kompleks kampus.

“Jika kalian masih muda dan sudah tidak percaya pada hari-hari esok, itu tidak baik. Demikian pula, kalau kalian sudah lanjut usia, tapi tidak lagi percaya akan masa depan, itupun suatu kekeliruan,” ucap Ratu Juliana sebagimana diberitakan Harian Kompas 28 Agustus 1971.

Rombongan ratu tiba di Bandung pukul 16.22 (29/08) dari Bogor. Mereka baru saja menyelesaikan kunjungan di Istana dan Kebun Raya Bogor. Di Bandung, ratu disambut oleh Walikota Bandung R. Otje Djunjunan dan Ketua DPRD Kodya Bandung Irawan Sarpingi. Keduanya mengenakan pakaian adat Sunda. Rombongan lalu diarahkan ke Kantor Gubernuran.

BACA JUGA:
Pasukan Bumiputera Pembela Ratu Belanda
https://historia.id/militer/articles/pasukan-bumiputera-pembela-ratu-belanda-DrBjk


Di Kantor Gubernuran, Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard menyaksikan pertunjukan tari dan pawai kesenian khas Priangan yang dibawakan oleh para seniman dari kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Ratu terlihat senang melihat berbagai sajian yang dipersiapkan pemerintah kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat Solihin GP. Namun tidak sedikit masyarakat yang kecewa karena tidak sempat bertatap muka dengan rombongan tamu agung dari Belanda itu.

“Masyarakat Bandung banyak yang kecewa karena ternyata Ratu Juliana tidak melewati jalan di mana mereka menunggu sejak siang. Sementara itu masyarakat yang berjejal di sepanjang jalan yang dilalui ratu juga banyak yang menyatakan rasa tidak puasnya karena mobil ratu dan rombongan dijalankan terlalu cepat,” tulis Pikiran Rakjat 30 Agustus 1970.

Ketika berada di Bandung, ratu menyempatkan waktu mengunjungi Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat. Keesokan harinya (30/08) rombongan Ratu Belanda sudah berada di Yogyakarta. Pesawat Jet Fokker dari Bandung yang membawa ratu diterima langsung Sri Sultan Hamengkubuwono di Bandara Adi Sucipto. Dari sana, rombongan langsung bergerak menuju Gedung Agung.


Ratu Juliana di Bali (spaarnestadphoto.nl)
Sama seperti di Jakarta dan Bandung, di Yogyakarta pun rakyat telah berkumpul di sepanjang jalan untuk memberi sambutan secara langsung kepada Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard. Malam harinya, jamuan makan telah disiapkan Sri Sultan di Gedung Kepatihan. Kemudian dilanjutkan dengan pameran pakaian pengantin khas keraton Yogyakarta dan Solo.

“Selasa sore tamu negara beserta rombongan meninjau Candi Borobudur dan Selasa malam menyaksikan Sendra Tari Ramayana di Prambanan. Ratu Juliana akan berada di Yogyakarta hingga Rabu untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Bali sebagai tahap terakhir kunjungan kenegaraan di Indonesia,” tulis Pikiran Rakjat edisi 1 September 1971.( limber sinaga )


ASAL USUL IMAM BONJOL DARI TANO BATAK


ASAL USUL IMAM BONJOL SISINGAMANGARAJA IX ( SANIANG NAGA DI TANO BATAK ) ADALAH KETURUNAN MAULI WARMAN  ( TUANKU RAJO ) YANG KE III


SUMBAR ( kbn lipanri )

Tuanku Imam Bonjol adalah salah satu pemimpin dan pejuang yang berjuang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri. Perang ini merupakan peperangan yang terjadi akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.


Selain menjadi seorang pejuang, Imam Bonjol juga merupakan seorang ulama yang memiliki cita-cita untuk membersihkan praktek Islam dan mencerdaskan rakyat nusantara dalam wawasan Islam. Ia menuntut ilmu agama di Aceh pada tahun 1800-1802, dia mendapat gelar Malin basa.

Biodata Tuanku Imam Bonjol

Beras Merah Tani Butuni
Nama : Muhamad Shahab
Tanggal Lahir : 1772, Bonjol, Sumatera Barat, Indonesia
Meninggal : 6 November 1864, Minahasa
Kebangsaan : Minangkabau
Agama : Islam
Orang tua : Bayanuddin (ayah), Hamatun (ibu)
Biografi Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol pada tahun 1772, nama aslinya adalah Muhammad Shahab( Naga Warman ). Ia lahir dari pasangan Bayanuddin( Tungga Warman ) dan Hamatun. Ayahnya adalah seorang alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki Anak Dari Maharaja Gajah Warman ( ISKANDAR MUDA Dari Aceh  ). Imam Bonjol belajar agama di Aceh pada tahun 1800-1802, dia mendapat gelar Malin Basa.

Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Tuanku Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, antara lain yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan yang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia sendiri akhirnya lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.

Perjuangan

Pertentangan kaum Adat dengan kaum Paderi atau kaum agama turut melibatkan Tuanku Imam Bonjol. Kaum paderi berusaha membersihkan ajaran agama islam yang telah banyak diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran agama islam yang murni.

Pada awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan dikalangan pemimpin ulama di kerajaan Pagaruyung untuk menerapkan dan menjalankan syariat Islam sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam Harimau nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung beserta Kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam.

Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri  dengan Kaum Adat. Seiring itu dibeberapa nagari dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan sampai akhirnya Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun 1815, dan pecah pertempuran di Koto Tangah dekat Batu Sangkar. Sultan Arifin Muningsyah terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan ke Lubukjambi.

Pada 21 Februari 1821, kaum Adat secara resmi bekerja sama dengan pemerintah Hindia-Belanda berperang melawan kaum Padri dalam perjanjian yang ditandatangani di Padang, sebagai kompensasi Belanda mendapat hak akses dan penguasaan atas wilayah darek (pedalaman Minangkabau). Perjanjian itu dihadiri juga oleh sisa keluarga dinasti kerajaan Pagaruyung di bawah pimpinan Sultan Tangkal Alam Bagagar yang sudah berada di Padang waktu itu.

Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan padri cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk mengalahkannya. Oleh sebab itu Belanda melalui Gubernur Jendral Johannes van den Bosch mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat Perjanjian Masang pada tahun 1824. Tetapi kemudian perjanjian ini dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang nagari Pandai Sikek.

Pada tahun 1833 perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Paderi melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Diujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau itu sendiri.

Bersatunya kaum Adat dan kaum Padri ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama Plakat Puncak Pato di Tabek Patah yang mewujudkan konsensus Adat basandi Syarak (Adat berdasarkan agama).

Penyerangan dan pengepungan benteng kaum Padri di Bonjol oleh Belanda dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837) yang dipimpin oleh jenderal dan para perwira Belanda, tetapi dengan tentara yang sebagian besar adalah bangsa pribumi yang terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon.

3 kali Belanda mengganti komandan perangnya untuk merebut Bonjol, yaitu sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah liat yang di sekitarnya dikelilingi oleh parit-parit. Barulah pada tanggal 16 Agustus 1837, Benteng Bonjol dapat dikuasai setelah sekian lama dikepung.

Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat tersebut dia langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir itu ia meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di tempat tersebut.

Penghargaan

Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi apresiasi akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan, sebagai penghargaan dari pemerintah Indonesia, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 6 November 1973.( limber sinaga )


Percepatan Pengembangan Danau Toba


Pemprov Fokus Percepatan Pengembangan Danau Toba sebagai Destinasi Super Prioritas


JAKARTA,( kbn lipanri )

Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Perkembangan Sektor Pariwisata yang dipimpin Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B Pandjaitan di Kantor Marves Jakarta, Rabu (19/2).






FOTO
Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Perkembangan Sektor Pariwisata yang dipimpin Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi

Hadir sejumlah menteri antara lain Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, Menteri Komunikasi dan Informatika George G Plate, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito, Dirut Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo.



Juga hadir tujuh bupati sekitar kawasan Danau Toba, Asisten Admintrasi Umum Setdaprov Sumut M Fitriyus, Kadis Pariwisata Sumut Ria Telaumbanua, Kabiro Humas dan Keprotokolan Hendra Dermawan Siregar dan Kepala Badan Penghubung Daerah Nursalim Affan Hasibuan. Ada juga Gubernur DI  Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X serta beberapa kepala daerah terkait.



Pada kesempatan itu, Menko Marves Luhut Pandjaitan menegaskan akan lebih sering melakukan Rakor setiap daerah dengan tujuan lebih fokus dalam melakukan percepatan pengembangan lima destinasi super prioritas yaitu Danau Toba, Likupang, Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo.



“Pembangunan di lima destinasi super prioritas harus kita kebut, makanya kita nanti akan sering rapat per daerah. Jadi nanti saya fokus satu-satu, tiap minggu saya cek per daerah, sehingga nanti betul-betul bagus,” ujarnya.



Selain itu, Menko mengharapkan dukungan dari Basarnas, BNPB dan Menteri Kesehatan harus ada di setiap destinasi super prioritas. Hal ini supaya para turis merasa nyaman dan aman. “Jadi nanti semuanya harus ada. Jadi ketika terjadi sesuatu dapat segera ditangani,” katanya.


 
Terkait rencana kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Danau Toba, Menko Luhut dan Menteri Wishnutama  berharap agar para bupati yang menjadi spot tinjau itu agar lebih menyiapkan dalam penyambutan, baik kesenian tari maupun kebersihannya.



Sementara itu, usai Rakor Wagub Musa Rajekshah menyampaikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut akan terus bersinergi dengan pemerintah pusat dan berbagai pihak lainnya dalam upaya percepatan pembangunan kawasan Danau Toba sebagai salah satu destinasi super prioritas.



“Kita sangat mendukung upaya pemerintah pusat untuk percepatan pembangunan kawasan Danau Toba. Karena kita juga ingin pembangunan kawasan Danau Toba sebagai destinasi super prioritas segera rampung dan banyak dikunjungi wisatawan, sehingga berdampak positif terhadap perekonomian Sumut,” ujar Wagub ketika diwawancarai.( limber sinaga )



Kualitas Kain dan Makna Budaya


Sri Ayu Mihari Buka Pelatihan Tenun Songket Melayu, Penggunaan ATBM Jaga Kualitas Kain dan Makna Budaya


DELISERDANG,( kbn lipanri )

Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumatera Utara (Sumut) Sri Ayu Mihari Musa Rajekshah membuka secara resmi Program Desa Sejahtera, Pelatihan Tenun Songket Melayu pada tiga desa di Kecamatan Percutseituan Kabupaten Deliserdang, Rabu (4/3). Dalam pesannya, penggunaan alat tenun tradisional dapat menjaga kualitas kain serta makna nilai budaya di dalamnya.






FOTO
Wakil Ketua Dekranasda Sumatera Utara Sri Ayu Musa Rajekshah menghadiri sekaligus membuka Program Desa Sejahtera Astra - Pelatihan Tenun Songket Melayu yang diselenggarakan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) IR & IR - Kriya Melayu, Jalan Kutilang No. 2, Desa Bandarkhalifah, Kecamatan Percutseituan, Kabupaten Deliserdang, Rabu (4/3/2020).

Sebelum membuka pelatihan, Sri Ayu Mihari menyebutkan bahwa saat ini pelaku industri tenun khususnya di Sumut masih mengalami sejumlah masalah, antara lain dari segi kualitas dan kuantitas produk. Begitu juga untuk pemenuhan kapasitas produksi, pengetahuan manajemen dan pemasaran produk.



“Karena itu dibutuhkan penyelesaian masalah untuk meningkatkan minat pembeli baik di pasar domestik maupun mancanegara,” ujar Ayu pada kegiatan yang dipusatkan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) IR & IR - Kriya Melayu, Jalan Kutilang Nomor 2 Desa Bandarkhalifah Kecamatan Percutseituan.



Meningkatnya industri tenun Songket Melayu di Sumut, lanjut Ayu, merupakan upaya penting guna melestarikan warisan budaya sekaligus kebanggaan yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Sebab, tenun memiliki makna dan nilai sejarah sebagai warisan budaya.



“Karenanya peningkatan teknik pembuatan Kain Songket menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) membuat kualitas kain tenun Indonesia tetap terjaga baik, juga kental di dalamnya makna dan nilai budaya yang ada di masyarakatnya,” jelasnya.



Sementara Ketua Dekranasda Kabupaten Deliserdang Yunita Ashari Tambunan mengapresiasi program yang difasilitasi Astra Medan ini. Menurutnya kegiatan ini akan bermanfaat bagi peningkatan kemampuan keterampilan masyarakat, juga terhadap upaya meningkatkan perekonomian dari industri kreatif.



“Karena itu, kita lebih menekankan menggunakan produk dari masyarakat di Deliserdang. Termasuk seperti kegiatan di Kantor Bupati, kita selalu pesan ke UKM untuk kuenya. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus meningkatkan kemampuan keterampilan masyarakat,” pungkasnya.



Pembukaan program pelatihan yang berlangsung hingga 18 Maret 2020 ditandai dengan pengguntingan pita oleh Wakil Ketua Dekranasda Sumut Sri Ayu Mihari Musa Rajekshah didampingi Ketua Dekranasda Deliserdang serta disaksikan puluhan peserta pelatihan yang berasal dari tiga desa, yaitu Desa Bandarkhalifah, Bandarklippa dan Seirotan. ( limber sinaga )



MEDAN,( kbn lipanri )

Sudah dua tahun Perhimpunan Boru Lubis (PBL) berdiri. Menandai peringatan tersebut, diadakan syukuran yang dihadiri oleh Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi dan Ketua TP PKK Sumut Nawal Edy Rahmayadi selaku pembina, Rabu (18/12), di pendopo Rumah Dinas Gubernur Jalan Sudirman No 41 Medan.




 FOTO

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menghadiri Peringatan Milad ke-2 Perhimpunan Boru Lubis yang diselenggarakan di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Sudirman No. 41 Medan, Rabu (18/12/2019)


Gubernur memberikan ucapan selamat sekaligus arahan dan bimbingan untuk seluruh pengurus dan anggota PBL. Salah satunya, PBL diajak untuk mendukung pembangunan daerah lewat kapasitas masing-masing sebagai individu dan sebagai organisasi secara keseluruhan.



"Kalau perempuan ini sudah bertindak dan bergerak, saya yakin banyak hal positif dan bermanfaat yang dihasilkan. Contoh kecil di keluarga saja, kalau Ibu sedang tidak ada atau sakit, banyak yang keteter. Itu lah saking berperannya perempuan. Begitu juga di tengah masyarakat," katanya.



Perempuan dengan sifat keibuannya, mudah untuk berempati dan berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung. Sehingga, apa-apa yang menjadi permasalahan di tengah masyarakat, mudah diatasi.



"Nah, boru-boru lubis ini kalau sudah sukses di perantauan atau dimana pun. Jangan lupa kampung, bangun daerah kita. Bantu kami pemerintah ini untuk menjadikan Sumut kita ini bermartabat. Jangan yang buruk-buruk saja kita dengar dari Sumut ini," tuturnya.



Dewan Kehormatan PBL Maslin Barubara juga turut memberi petuah. Maslin berharap PBL akan banyak melahirkan program-program yang bermanfaat bagi masyarakat dan Sumut. “Kita terapkan itu Marsipature Hutanabe, jangan cuma diucapan,” imbuhnya.



Sebelumnya, Wakil Ketua PBL Revita Lubis menyampaikan bahwa PBL terbentuk sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian nilai-nilai dan kebudayaan Mandailing. Kemudian, juga sebagai wadah untuk bersilaturahmi dan bergerak mewujudkan hal-hal positif dan bermanfaat.



"Usia kami memang masih muda, tetapi mudah-mudahan kami bisa mewujudkan apa yang menjadi harapan Bapak Gubernur. Kami pun pasti sangat berharap bisa berkontribusi banyak untuk pemerintah dan siap membantu agenda pembangunan," ucapnya.



Salah satu bentuknya, kata Revita, dengan tetap menjaga dan mengajarkan nilai-nilai budaya Mandailing kepada keluarga meskipun telah merantau atau jauh dari kampung.



Acara diawali dengan prosesi mangupa-upa Gubernur Edy Rahmayadi, Ketua TP PKK Sumut Nawal Edy Rahmyadi dan Wakil Ketua TP PKK Sumut Sri Ayu Mihari Musa Rajekshah oleh pengurus dan dewan kehormatan PBL. Kemudian, dilanjutkan dengan acara hiburan dan ramah tamah. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Plt Ketua TP PKK Medan Nurul Khairani Lubis, Ketua PBL Selvi Yusra Lubis, dewan penasehat, dewan kehormatan, pengurus dan anggota PBL. ** Perhimpunan Boru Lubis Diajak Dukung Pembangunan Daerah



MEDAN - Sudah dua tahun Perhimpunan Boru Lubis (PBL) berdiri. Menandai peringatan tersebut, diadakan syukuran yang dihadiri oleh Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi dan Ketua TP PKK Sumut Nawal Edy Rahmayadi selaku pembina, Rabu (18/12), di pendopo Rumah Dinas Gubernur Jalan Sudirman No 41 Medan.



Gubernur memberikan ucapan selamat sekaligus arahan dan bimbingan untuk seluruh pengurus dan anggota PBL. Salah satunya, PBL diajak untuk mendukung pembangunan daerah lewat kapasitas masing-masing sebagai individu dan sebagai organisasi secara keseluruhan.



"Kalau perempuan ini sudah bertindak dan bergerak, saya yakin banyak hal positif dan bermanfaat yang dihasilkan. Contoh kecil di keluarga saja, kalau Ibu sedang tidak ada atau sakit, banyak yang keteter. Itu lah saking berperannya perempuan. Begitu juga di tengah masyarakat," katanya.



Perempuan dengan sifat keibuannya, mudah untuk berempati dan berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung. Sehingga, apa-apa yang menjadi permasalahan di tengah masyarakat, mudah diatasi.



"Nah, boru-boru lubis ini kalau sudah sukses di perantauan atau dimana pun. Jangan lupa kampung, bangun daerah kita. Bantu kami pemerintah ini untuk menjadikan Sumut kita ini bermartabat. Jangan yang buruk-buruk saja kita dengar dari Sumut ini," tuturnya.



Dewan Kehormatan PBL Maslin Barubara juga turut memberi petuah. Maslin berharap PBL akan banyak melahirkan program-program yang bermanfaat bagi masyarakat dan Sumut. “Kita terapkan itu Marsipature Hutanabe, jangan cuma diucapan,” imbuhnya.



Sebelumnya, Wakil Ketua PBL Revita Lubis menyampaikan bahwa PBL terbentuk sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian nilai-nilai dan kebudayaan Mandailing. Kemudian, juga sebagai wadah untuk bersilaturahmi dan bergerak mewujudkan hal-hal positif dan bermanfaat.



"Usia kami memang masih muda, tetapi mudah-mudahan kami bisa mewujudkan apa yang menjadi harapan Bapak Gubernur. Kami pun pasti sangat berharap bisa berkontribusi banyak untuk pemerintah dan siap membantu agenda pembangunan," ucapnya.



Salah satu bentuknya, kata Revita, dengan tetap menjaga dan mengajarkan nilai-nilai budaya Mandailing kepada keluarga meskipun telah merantau atau jauh dari kampung.



Acara diawali dengan prosesi mangupa-upa Gubernur Edy Rahmayadi, Ketua TP PKK Sumut Nawal Edy Rahmyadi dan Wakil Ketua TP PKK Sumut Sri Ayu Mihari Musa Rajekshah oleh pengurus dan dewan kehormatan PBL. Kemudian, dilanjutkan dengan acara hiburan dan ramah tamah. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Plt Ketua TP PKK Medan Nurul Khairani Lubis, Ketua PBL Selvi Yusra Lubis, dewan penasehat, dewan kehormatan, pengurus dan anggota PBL.( limber sinaga )