Musa Rajekshah Apresiasi Rapat TPID se-Sumatera diSumut
MEDAN ,( kbn lipanri )
Koordinasi dan sinergi semua pihak yang terkait sangat
penting dalam upaya pengendalian inflasi. Tindakan pengendalian inflasi yang
tepat sasaran dapat menjaga tingkat inflasi di daerah, yang pada akhirnya akan
melindungi konsumen dan menjaga kesejahteraan petani sebagai produsen.
FOTO
Wakil
Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah menghadiri Rapat
Koordinasi Wilayah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi se-Sumatera di
Ruang Rapat Lantai IX, KPW Bank Indonesia, Jalan Balai Kota, Medan, Rabu
(18/9).
Demikian disampaikan Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara
(Sumut) Musa Rajekshah ketika menghadiri Rapat Koordinasi Wilayah Tim
Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi se-Sumatera di Ruang Rapat Lantai IX,
KPW Bank Indonesia, Jalan Balai Kota, Medan, Rabu (18/9).
Wagub sangat mengapresiasi rapat koordinasi TPID se-Sumatera
yang digelar di Sumut tersebut. Apalagi Provinsi Sumut menjadi salah satu
daerah yang tertinggi tingkat inflasinya, di seluruh Indonesia. "Dengan
kegiatan ini, kami dapat mengambil pelajaran untuk pengendalian inflasi yang
terjadi di Sumut. Jadi kami sangat mengapresiasi kegiatan ini," ucap
Wagub.
Hadir pada acara tersebut Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov
Sumut Sabrina, Sekda Pemprov Lampung Fahrizal Darminto, Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Sumut Wiwiek Sisto Widayat, serta Kepala Perwakilan BI se-Sumatera.
Mengenai inflasi di Sumut, Musa Rajekshah mengakui Sumut
merupakan daerah tertinggi. Angka inflasi Sumut secara akumulatif
Januari-Agustus (ytd) 2019 mencatatkan angka tertinggi se-Indonesia, yaitu
5,40% (ytd), diikuti oleh Sumatera Barat yaitu 3,23% (ytd), dan Riau serta
lampung yang sama-sama mencatatkan 3,16% (ytd).
Tingkat inflasi yang tinggi di antara bulan April hingga
Juli disumbang oleh inflasi bahan makanan. Pada bulan Juli, inflasi bahan
makanan tercatat sebesar 3,29%, dan di Agustus inflasi bahan makanan tercatat
sebesar 1,09%. Namun pada Agustus 2019, tingkat inflasi Sumut tercatat sebesar
0,18% (mtm) dan 6,47% (yoy). Realisasi ini lebih rendah dari inflasi bulan
sebelumnya 0,88% (mtm) dan rata-rata historis Agustus tiga tahun terakhir 0,58%
(mtm).
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Wiwiek
Sisto Widayat menyatakan, secara keseluruhan Sumut ini yang membawa inflasi
Sumatera secara keseluruhan. Isunya adalah semua produksi pangan di Sumatera
itu tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya itu sendiri.
"Saya kira kita akan mencari solusinya apa yang bisa
kita sepakati dalam diskusi ini. Bagaimana inflasi itu bisa rendah. Kita akan
mencari solusinya apa yang bisa kita lakukan yang bisa kita sepakati baik
jangka panjang maupun jangka pendek," katanya.
Dikatakannya, untuk inflasi yang tinggi dapat beradampak
pada daya beli masyarakat akan menurun. Kemudian inflasi yang tinggi juga
berdampak pada dunia usaha. "Makanya kita mengharapkan inflasi itu kita
upayakan untuk dapat rendah ataupun stabil, agar korporasi dapat mengambil
keputusan yang lebih dengan kondisi investasi yang lebih baik tergantung
daerahnya," katanya.
Selain itu, dalam diskusi ini, Wiwiek mengharapkan adanya
solusi menjaga daya saing dalam perencanaan daerah. Menurut Wiwiek hal ini
untuk menjada agar investor terus dapat masuk untuk berinvestasi. "Menjaga
daya saing suatu perencanaan daerah, ini sangat jelas dimana bila suatu harga
tinggi akan sulit investor masuk. Makanya kita harus menjaga ini,"
katanya.( limber sinaga )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar